Oleh : IMMawati Ativa (Kader IMM BPP 2019)
Fastabiqul Khairat, menjadi salah satu slogan yang digemakan para kader IMM. Apalagi setelah berpidato, berpendapat, dan lain-lain kalimat ini menjadi kalimat penutup. Tidak ada masalah terkait hal itu, tetapi menjadi pertanyaan makna seperti apa yang dipahami slogan tersebut ?
secara umum arti dari kalimat tersebut yaitu berlomba-lomba dalam kebaikan. Namun, apakah benar-benar berlomba dalam kebaikan atau hanya sekedar mencari eksistensi dari kebaikan?
IMM merupakan gerakan intelektual yang memilki pondasi kongkrit, sudah tertera di trilogi dan trikompetensi dasar. Belum lagi, IMM memiliki peranan secara utuh dan penting di ranah Perguruan Tinggi Muhammadiyah sehingga arah gerakannya sudah tentulah lebih mudah.
Sebagai gerakan intelektual sudah tentunya, IMM sudah dipercayakan oleh Muhammadiyah untuk bergerak dalam menangani permasalahan terutama dalam skala mahasiswa.
Manshour Faqih pernah menyampaikan bahwasanya golongan intelektual bukan hanya sekedar memberi makna terhadap realitas sosial, tetapi harus menciptakan sejarah dengan membangun gerakan pemikiran dan kesadaran kritis untuk memberi makna untuk masa depan kita sendiri.
Hal ini seharusnya menjadikan IMM garda terdepan dalam menghadapai masalah yang kian menghadap.
Action menjadi syarat utama dalam tanggung jawab atas gagasan-gagasan yang sudah digemakan. IMM sebagai pergerakan mahasiswa sudah tidak perlu diberikan kode atau diperintah untuk menjalankan gagasan tersebut.
Kesadaran diri dan tanggung jawab moral senantiasa di pikul oleh kader IMM. Maka, sudah sejauh mana IMM dalam memberikan kontribusi atau menuangkan gagasannya dalam praksis sosial terutama problematika di Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM)?.
Menimbang peranan IMM
melihat arah pergerakan IMM di Perguruan Tinggi terutama PTM. Berbagai slogan dan semboyan yang digaungkan terkesan mereka (Red: kader IMM) sudah sangat memahami mengenai arah gerak tersebut. Namun, masih banyak kecacatan dalam pergerakan yang terlintas.
Salah satunya IMM cenderung terlalu meng-eklusfikan diri, hal ini terjadi entah itu karena IMM merupakan salah satu anak dari Muhammadiyah atau ketidakpahaman mengenai arah gerakan IMM itu sendiri.
Maksud IMM terlalu meng-eklusfikan diri masih ada sebagian kader IMM yang tidak mau disandingkan pendapatnya dengan pergerakan mahasiswa lainnya dengan dalih β Pergerakan lain di PTM adalah illegalβ atau βini tentang Ideologiβ.
Berbicara mengenai IMM dan Ormawa, masih banyak pergerakan IMM di kampus yang pasif. Contohnya, ketika ormawa PTM skala univ sudah mulai menunjukkan kecacatan dalam kinerjanya atau penurunan kinerja. Bagaimana peran IMM dalam menangani persoalan tersebut?
Justru kebanyakan kader IMM malah tidak peduli akan hal itu. Padahal, konon katanya tugas IMM di PTM untuk melindungi PTM, tetapi konteks ini begitu abstrak melindungi dalam hal apa?.
Idealisme gerakan IMM
Ketika kampus di PTM dihadapkan suatu persoalan sampai mengaharuskan mahasiswa turun untuk mengkritisi kampus dan tidak adanya keterlibatan dalam ormawa universitas dalam turun aksi. Seharusnya menjadi tugas IMM yang memilki landasan pergerakan kemahasiswa harus pula ikut turun dan mengkritik dari pihak ormawa univ.
Realita terjadi IMM dengan massa yang besar hanya sebagian kecil IMM yang turun, tidak jarang pula terjadi perdebatan antara sesama kader IMM.
Bagaimana peran IMM pada kemahasiswaan kampus? ketika kampus menghadapi polemik-polemik yang secara terus menerus seharusnya IMM membantu bukan pasif bahkan diperdebatkan. Menilik kondisi ormawa yang berada di PTM, seberapa berperan aktif IMM di Ormawa.
Tugas IMM bukan hanya sekedar men-diaspora kadernya kedalam ormawa , tetapi bagaimana menjadi kader yang dapat melakukan kontribusi lebih pada ormawa.
IMM sudah seharusnya mampu dalam bersaing dalam pertarungan politik terutama di PTM. Bersaing yang dimaksudkan bukan hanya sekedar mendiaspora kader ke ranah ormawa, tapi paham dan mampu terkait kompetisi di ranah ormawa.
Pandangan penulis, masih banyak kader IMM yang berkancah di ormawa hanya sekedar membawa βIMMβ. Hal ini mengundang pertanyaan βbentuk seperti apa yang dibawa IMM?β.
Seharusnya, jika bersaing di ranah politik bukan hanya sekedar membawa identitas , melainkan harus berintegritas. Nilai-nilai IMM yang murni sudah sepatutnya menjadi landasan utama dalam gerakan intelektual .
Ketika IMM tidak mampu bersaing dalam intelektual, politik dan sebagainya, perlu dipertanyakan sebenarnya apa fungsi IMM di kampus khususnya PTM?.
Pergerakan IMM harus dipahami secara subtansial dan secara utuh , bukan secara artificial atau penyimbolan saja. Realita yang terjadi, IMM sepatutnya mebuat kadernya cakap dalam memanajemen secara proposial,tetapi yang ada hanya sebagai βsuka-sukaβ atau βyang pentingβ.
Kemungkinan besar hal ini disebabkan IMM hanya sekedar tahu mengenai teori tapi minim akan aksi. IMM sepertinya sudah sangat nyaman dengan rumahnya yang besar sehingga sedikit merasa congkak terhadap dirinya sendiri. Maka, tak heran IMM masih banyak kecacatan yang terjadi pada arah gerak IMM sehingga gerakan intelektual terkesan hanya sekedar wacana saja.
Penyunting : Mustofa Dahlan