Saintifisme fiqih : Menggunakan Fiqih untuk memperkuat tauhid

Oleh : IMMawan Mustofa Dahlan (anggota PK IMM FAI)

Sumber : pribadi

Islam merupakan Agama yang berperan sebagai rahmat bagi seluruh alam. Rahmatan Lil β€˜Alamin Islam diperuntukan bagi sekalian alam, bukan hanya Manusia semata.

Al-Quran dan Sunnah, adalah 2 pilar utama yang digunakan oleh sekalian Muslim di dunia ini sebagai pegangan dalam melakukan segala bentuk muamallah. Menurut Adi Hidayat, Al-Quran dan Sunnah bukanlah suatu rumusan ilmiah, namun berbagai fakta ilmiah didalamnya bisa kita gali.

Sains adalah salah suatu ilmu yang bisa kita pergunakan untuk menggali ilmiahnya Al-Quran dan Sunnah tersebut. Berbeda dengan para Fisikawan non-Islam yang mempergunakan sains untuk menyerang Tuhan, Sains bisa kita gunakan untuk memantabkan diri kita dalam memahami Al-Quran dan Sunnah.

Sains yang disalah gunakan
Sejatinya Sains merupakan hasil penelitian/pemikiran tokoh-tokoh sains dari masa ke masa. Kita mengenal beberapa tokoh sains dalam panggung sejarah. Seperti Albert Einstein, Stephen Hawkins dan lain-lain.

Namun, ada beberapa tokoh Sains yang malah mempergunakan sains sebagai senjata untuk menyerang tuhan. Mulai dari skeptisme terhadap eksistensi tuhan, sampai mengadakan penelitian untuk membuktikan bahwasannya tuhan itu tidak ada, Naudzubillah!.

Stephen Hawkins misalnya, Fisikawan yang mendapat penghargaan Copley Medal ini, terang terangan mengatakan β€œsudah tidak ada tempat lagi untuk tuhan”. Pertanyan itu dilontarkan beberapa saat setelah menemukan teori Black hole.
Tak terbatas di sains, Manusia manusia yang mempergunakan akalnya untuk menciptakan sesuatu, juga seringkali mempergunakan kepintarannya untuk membuktikan ketiadaan tuhan. Astronot asal Uni Soviet, Yuri Gargarin misalnya. Astronot yang menapakkan kaki untuk pertama kali di bulan ini, mengatakan I no see God there (Aku tidak melihat tuhan disana(diluar angkasa)).
Beberapa contoh diatas adalah manusia-manusia dalam lintas sejarah yang mempergunakan ilmu untuk membuktikan mengenai ketiadaan tuhan.

Lalu, bagaimana seharusnya seorang muslim mempergunakan ilmunya, terlebih sains. Apakah akan dipergunakan untuk mempertanyakan eksistensi tuhan atau akan dipergunakan untuk memperkuat eksistensi tuhan ?

Relefansi Fiqih, Sains dan Tauhid
Fiqih merupakan sebuah produk ijtihad, atau bisa dibilang hukum Islam. Sedangkan Sains, adalah kumpulan-kumpulan teori dan penelitian yang dihimpun oleh ahli sains dari masa ke masa. Sedangkan tauhid adalah sebuah kepercayaan kepada Allah, pemaknaan utama tauhid adalah kalimat Syahadatain atau dua kalimat Syahadat.

Sebagai seorang Muslim, kita bisa mempergunakan Sains untuk menggali kebermanfaatan ibadah untuk memperkuat tauhid atau kepercayaan terhadap Allah. Mekanismenya adalah, Sains yang kebanyakan mengulas mengenai alam semesta dan manusia, kita gunakan berbagai macam teori yang ada didalamnya untuk memperkuat kepercayaan terhadap Allah SWT.

Contohnya, penelitian mengenai manfaat Sujud yang dilakukan oleh Prof. Hembing, Prof. H.A Saboe dan Dr. Fidelma O’ Leary. Berdasarkan penelitian yang mereka lakukan, bahwa otak Manusia memerlukan aliran darah dalam beberapa saat (3-10 detik) setiap hari. Darah bisa dialirkan ke otak dengan posisi kepala berada di bawah. Apabila hal ini dilakukan setiap hari dan berkelanjutan, maka manfaatnya akan menjadikan lebih cerdas karena sirkulasi darah dari tubuh menuju otak berjalan lancar. Kita sebagai orang Islam, melakukan hal ini setiap hari. Sehingga, posisi sujud Shalat bisa menjadikan kita semakin cerdas.

Selain itu, Sumiri S.Ag, direktur Muhammadiyah Boarding School Al-Muttaqin Magelang, mengungkapkan mengenai kebermanfaatan Puasa. Dinding lambung kita, mengalami regenerasi sel setiap tahun. Sehingga sel-sel dalam lambung kita selalu berganti setiap tahunnya. Hal ini tentu sangat baik bagi kesehatan pencernaan, karena sel-sel yang ada dilambung kita ini menjadi lebih efisien kinerjanya. Sel-sel dalam tubuh kita ini, bisa berganti pada posisi lambung yang kosong atau dalam posisi lapar, namun tidak cukup hanya sehari atau dua hari. Semakin sering menahan lapar, maka regenerasi sel dalam usus/lambung akan semakin cepat pula. Didalam Islam, kita mengenal puasa. Dalam puasa ini, kita melakukan selama 30 hari penuh, sehingga tubuh kita akan otomatis mempergunakan kesempatan ini untuk meregenerasi sel-selnya, sehingga setelah puasa 30 hari selesai (iedul fitri), posisi lambung kita sudah berstatus menyandang β€œsel baru”. Sehingga, hal ini bisa kita garis bawahi sebagai, salah satu manfaat berpuasa.

Ada banyak sekali teori-teori sains yang sebenarnya bisa kita pergunakan untuk lebih mensyukuri apa yang Allah Syariatkan. Alih-alih mempergunakan sains untuk menyerang eksistensi tuhan, sebagai seorang Muslim kita bisa mempergunakan Sains untuk memperkuat kedudukan tuhan melalui berbagai macam teori-teori yang ada. inilah peranan seorang intelektual dan akademisi Muslim, mempergunakan sepak terjangnya untuk menolong Agama Allah, seperti yang tercantum dalam QS Muhammad Ayat 7: β€œBarang siapa menolong Agama Allah, maka Allah akan menolongnya dan meneguhkan kedudukannya”.
Inilah kesempatan bagi da’i da’i untuk meluaskan gerakan dakwahnya diberbagai ranah.

Karena sejatinya, Allah SWT tidak akan menciptakan segala sesuatu tanpa kebermanfaatan, sehingga tugas kita sebagai Muslim, terlebih sebagai akademisi Muslim, adalah menggali berbagai macam syariat tersebut dari segi sains dan kebermanfaatan.