Oleh: Bahry Alfarizi (Kabid RPK IMM FAI 2021/2022)
Perkenalan Awal
Jika kita bertemu dengan orang baru, maka kita tentu akan berkenalan. Apa pertanyaan yang muncul pertama kali dalam percakapan? Tentu saja soal nama.
Nama memiliki arti penting dalam menandai sesuatu. Penamaan terhadap sesuatu tidaklah terjadi tanpa alasan, musti ada makna yang terdapat di baliknya. Dalam konkteks pembicaraan kita kali ini, penamaan yang dimaksud berkaitan dengan melekatkan suatu nama kepada ilmu sehingga teranglah batasan-batasan yang akan dipelajari dalam ilmu tersebut. Atau dengan kata lain, kita perlu mengetahui definisi atau pengertian ilmu tersebut untuk membedakannya dengan ilmu lain.
Contohnya ialah biologi. Ditinjau dari segi bahasa, biologi terdiri dari dua kata, bio dan logos. Bio berarti makhluk hidup sedangkan logos berarti ilmu. Dari sini bisa kita simpulkan bahwa biologi adalah ilmu yang mempelajari makhluk hidup. Dengan definisi atau batasan tersebut, bolehlah itu menjadi pembeda dengan ilmu lain misalnya teologi. Theo berarti Tuhan sedangkan logos berarti ilmu, yakni ilmu yang membahas tentang ketuhanan. Dengan penjabaran sederhana ini, kita bisa tahu bahwa ilmu memiliki objek dan batasan-batasan tertentu yang berbeda antara satu sama lain.
Baik biologi maupun teologi memiliki cabang-cabang ilmu lagi di dalamnya. Jika boleh diibaratkan seperti pohon. Pohon memiliki cabang, akar, daun, buah, dll. Salah satu cabang biologi adalah virologi yang mempelajari segala hal yang berkaitan dengan virus. Cabang ilmu yang dimaksud masih tetap dalam satu naungan ilmu yang besar, biologi. Sebab virus juga merupakan makhluk hidup sehingga masih dalam cakupan ilmu biologi, namun perlu satu keilmuan khusus yang lebih detail mengenai virus sehingga jadilah dia cabang ilmu biologi, yaitu virologi.
Perkenalan awal ini dimaksudkan sebagai pengantar alur logika berpikir untuk lebih memahami definisi atau pengertian filsafat yang akan diterangkan secara singkat berikutnya.
Pengertian Filsafat
Kita mulai pembahasan tentang filsafat. Filsafat berasal dari bahasa latin yang terdiri dari dua kata, yaitu philos atau philia dan shopos. Philos berarti cinta atau philia berarti persahabatan. Shopos berarti kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis, intelegensi atau kecerdasan. Sering kita mendengar atau membaca di dalam buku bahwa definisi secara bahasa, filsafat adalah cinta kebijaksanaan.
Menurut Socrates, filsuf Yunani kuno, berpendapat bahwa filsuf atau orang yang mendalami ilmu filsafat bermaksud untuk mencari kebenaran. Namun, kebenaran yang diperoleh seringkali masih menyimpan tanda tanya lebih lanjut. Maka dari itu, definisi โmencintaiโ kebijaksanaan lebih tepat karena para filsuf sebenarnya tidak akan pernah sampai pada kebenaran yang hakiki. Tingkatan yang diperoleh hanya mendekati kebenaran.
Proses mencintai kebijaksanaan akan membawa para filsuf untuk terus menerus mencari kebenaran, sebab mencintai suatu pekerjaan tidak menimbulkan rasa lelah atau rasa bosan. Rasa cintai yang timbul dalam benak para filsuf tentu saja membuat seseorang akan terus dalam proses pencarian walaupun kebenaran hakiki yang dimaksud tidak akan pernah dicapai.
Dalam pengertian yang lebih akademis, terdapat beberapa macam pengertian filsafat:
- Merupakan sebuah upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik serta lengkap tentang seluruh realitas
- Upaya untuk melukiskan hakikat realitas akhir dan dasar serta nyata
- Upaya untuk menentukan batas-batas dan jangkauan pengetahuan berikut sumber, hakikat, keabsahan, dan nilainya
- Penyelidikan kritis atas pengandaian-pengandaian dan pernyataan-pernyataan yang diajukan oleh berbagai bidang pengetahuan.
Filsafat disebut-sebut sebagai the mother of science atau ibunya ilmu pengetahuan. Mengapa? Karena filsafatlah yang โmelahirkanโ ilmu-ilmu lain seperti sekarang. Kirakira, istilah filsafat pertama kali dimunculkan oleh Pythagoras, filsuf Yunani kuno.
Karena objek filsafat yang begitu luas, maka filsafat hendaklah dikaitkan dengan keilmuan atau objek lain. Misalnya filsafat pendidikan Islam, maksudnya ingin memahami dan mencari akar persoalan dalam pendidikan Islam secara keseluruhan sehingga ditemukannya solusi untuk memecahkan permasalahan tersebut.
Permasalahan yang dimaksud berupa permasalahan filosofis seperti โApa pengertian pendidikan dalam Islam? โApa tujuan dari pendidikan Islam?โ โApa sebab-sebab kemunduran pendidikan Islam?โ โBagaimana pendidikan Islam memandang manusia sebagai pusat peradaban?โ dll. Anda boleh menambahkan pertanyaan sekiranya yang sesuai dengan cakupan pendidikan Islam dan berusaha menjawabnya secara menyeluruh. Itulah filsafat pendidikan Islam.
Ciri-ciri Berpikir Filosofis
Filsafat lahir dari rasa keingintahuan manusia yang telah menjadi fitrahnya. Filsafat sangat dekat dengan pertanyaan โMengapaโ sehingga jawaban yang diberikan pastinya akan memunculkan pertanyaan yang baru. Sebagaimana yang telah dibahas sebelumnya, filsafat sangat lekat dengan kegiatan penalaran atau reasoning.Penalaran ialah proses menarik kesimpulan dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
Filsafat boleh diartikan sebagai ilmu berpikir. Pada dasarnya, ketika manusia berpikir maka ia dikatakan sedang berfilsafat. Lantas, apakah hanya dengan berpikir tok manusia bisa dikatakan telah berfilsafat? Tentu tidak.
Filsafat berbeda dari berkhayal, berimajinasi, atau sekadar berpikir secara dangkal. Filsafat itu mempunyai beberapa ciri khas yang membedakannya dengan berpikir secara biasa. Ciri-ciri yang dimaksud akan diterangkan lebih lanjut di paragraf-paragraf berikutnya.
Pertama ialah logis-rasional. Pengertian Logis-rasional akan diterangkan secara terpisah. Logis bermakna โbenar sesuai dengan prinsip-prinsip logikaโ sedangkan rasional bermakna โbenar secara hukum alamโ. Apa bedanya?
Sekiranya kita perlu untuk mengutip contoh yang sangat bagus dari Ayahanda Ustadz Hatib Rahmawan dalam bukunya, Religiusitas-Progresivitas, di bab Agama itu Rasional, yang menurutnya adalah bab paling serius yang ia tulis.
Beliau memperjelas bahwa sesuatu yang rasional sudah tentu logis sedangkan sesuatu yang logis belum tentu rasional. Seperti definisi di atas, logis adalah berpikir sesuai dengan prinsip-prinsip logika. Muncullah pertanyaan, ada kulkas penuh berisi sayuran, lalu bagaimana cara memasukkan daging ke dalamnya? Sesuai dengan ilmu logika maka jawabannya sayuran tadi dikeluarkan terlebih dahulu lalu masukkan daging ke dalamnya. Simpel dan logis.
Namun jika pertanyaannya bagaimana memasukkan kerbau ke dalam kulkas tadi? Jika mengacu pada ilmu logika yang sesuai dengan premis mayor dan premis minor yang menghasilkan konklusi empiris maka keluarkan dagingnya lalu masukkan kerbaunya. Ini logis, tapi tidak rasional. Karena kerbau tidak mungkin dan tidak masuk akal dimasukkan ke dalam kulkas sebab besar kerbau tidak sesuai dengan besar kulkas yang kita ketahui, dan ini tentu saja bertentangan dengan hukum alam. Lain halnya jika kerbau tadi dipotong-potong menjadi kecil lalu dimasukkan ke dalam kulkas.
Perlu diperhatikan, dalam masalah keimanan kiranya perlu ditambahkan bahwa kebenaran tidak hanya bersifat rasional atau sesuai dengan hukum alam, tetapi ada juga kebenaran yang mengacu pada supra-rasional atau di luar hukum alam. Dengan definisi ini, kita bisa menjawab pertanyaan mengapa nabi Ibrahim as tidak terbakar oleh api.
Kedua ialah kritis-argumentatif. Kritis itu sikap keragu-raguan yang disertai kehatihatian. Cirinya adalah selalu mempertanyakan sesuatu dalam makna yang positif. Argumentatif adalah mempunyai alasan yang kuat untuk mempertanyakan sesuatu itu, dan tentu saja pertanyaan itu ditujukan bukan untuk sekedar bertanya tetapi betul-betul berangkat dari alasan yang kuat.
Contohnya mempertanyakan Jokowi tiga periode padahal dalam konstitusi sudah jelas bahwa batas jabatan presiden hanya menjabat dua kali saja. Atau mengapa biaya kuliah pada masa pandemi disamakan dengan masa sebelumnya padahal fasilitas sama sekali tidak digunakan oleh mahasiswa. Untuk masalah ini, kita hanya bisa berabstraksi dan dengan mudahnya dibantah dengan alasan ini-itu oleh para birokrat kampus.
Ketiga, komprehensif-radikal. Komprehensif maksudnya adalah memikirkan masalah secara menyeluruh sedangkan radikal adalah memikirkan masalah hingga ke akar-akarnya. Dalam meneliti atau mengamati suatu objektif, kita memerlukan pengetahuan yang mendalam berkaitan dengan objek yang diteliti. Jadi kesimpulan yang diberikan tidak dangkal atau terbatas.
Demikianlah materi pengantar filsafat yang singkat dan sangat membingungkan. Semakin kita bingung dengan suatu konsep, maka seharusnya kita terpacu untuk belajar lebih jauh, lebih dalam.
Penyunting: Irvan Chaniago