Pesona Sang Idaman

Oleh : IMMawati Tithiya Utami (Kader IMM FAI 2020)

Senyuman manis mendayu

Meluluhkan relung hatiku

Bak madu lebah lumer dalam sangkar

 

Sorotan mata mendesis

Bak raja siang

Yang menyorot ke jagat raya

Memberikan kehangatan dengan pancarannya

Kehangatan ucapan

Bak dewi malam yang menaungi kegelapan

 

Terngiang di benakku peringai itu

Mengiringku dalam jurang kehaluan

Memandangmu yang membuat jiwa di kalbu

Melayang tak berfrekuensi

Menghadirkan tawa kala sendu menghujam

 

 

Ingin ku gapai senja

Dan kuukir raut wajah itu

Agar bisa ku menikmatinya

Kala sendu merindumu

Dunia Baru

Oleh : IMMawati Fitra Qotrunnada

Pintu tlah terbuka

Lembaran baru kan dimulai

Dunia yang penuh tantangan

 

Kan ku singsingkan lengan

Berlari tuk raih bintang

Dengan semangat juang ’45

 

Walau badai petir menghadang

Meski rintangan tiada henti

Dada ini tetap bergelora

 

Kucuran deras keringat

Tetesan air mata

Tak buat semangat ini luntur

 

Satu hal yang ku tahu

Perjuangan ini pasti kan terbayarkan

Patricia Dari Jepara

Oleh : IMMawati Khoirunnisa (Kader PK IMM Buya Hamka)

 

Puisi ini bukan untuk muslim,Β  atau protestan

Bukan untuk memilikΒ  kulit hitam atau putih

Bukan pulaΒ  untuk polisi,Β  pengemis jalan,Β  atau polikus

Puisi ini ada karena kemanusiaan

 

Tepatnyah seorang wanita dari Jepara

Dengan paras cantik nan menawan hati pria

Andai kata, kita pemuda hari ini sulit bernafas saat melihat bias bernyanyi

Wanita ini sulit bernafas saat malam was-was jika seorang romusa ditembak mati

 

Wanita ini dijuluki penggerak emansipasi

Siapalagi kalau bukan R.A Kartini

Penggerak pemuda pemudi

Tidak ada yang ia takutkan,

Melainkan matinya keadilan di negeri

 

Bila ada yang menjengit dengan kata “permusuhan”

Yang berdetak lebih cepat mendengar kata “pembantaian, penyiksaan,Β  dan pertumpah darahan”

Wanita ini tidak, siang dan malam berpikir mati matian

Hanya untuk lahirnyah kesejahteraan

 

Bekerja membawa pulang,

Hasilnya untuk adik-adik yang kelaparan

Hingga nyaris mati tidak makan nasi

Sedangkan kita,

Bekerja membawa pulang

Hasilnyah untuk membeli alat rias perempuan

Berdalih menghias diri untuk pria idaman

 

Oh sungguh,Β  menjijikan bukan

Tidak seperti wanita ini

Wanita ini tersenyum lega saat melihat ibunya mati di ranjang karena sakit,Β  bukan karena diperkosa atau digorok tentara

Tapi kita, malah tersenyum saat diberi sepucuk harapan oleh kekasih pujaan padahal berujung tragis di makan kepergian

 

Ah lagi lagi sungguh malang..

Dimana hati nurani ini,

Wahai perempuan negeri penggerak anak cucu kartini

Lihat,

Jadilah seperti Kartini

Keperempuannya,Β  pinggitannya,Β  dan berbagai halangan adat,Β  sosia,Β  kultural tidak luput untuk tetap semangat memajukan perempuan

 

Menjadi pahlawan kemanusiaan

Pembawa kabar kegembiraan

Sebagaimana karangannya

Habis gelap terbitlah terang

 

Wahai Tuan, dan Puan

Mari kembali ke pelukan

Untuk membangun Kesejahteraan

Hormat kami para pejuang

Pembela kemanusiaan

Salam dan doa harapan

Untuk R.A Kartini