Oleh: Marjuki Al Mujakir (Anggota Bidang Hikmah IMM FAI UAD 2022/2023)
Bismillahirrahmanirrahim
Edward Said, seorang profesor Universitas Colombia, menulis buku yang berjudul Representation of The Intellectual menegaskan bahwa cendekiawan ialah mereka yang pandai, tidak terikat dan tidak ikut-ikutan menceburkan diri dalam sebuah sistem kekuasaan.
Cendekiawan dihargai karena ilmunya yang membela masyarakat dari penyimpangan kekuasaan birokrat. Mereka memiliki pandangan yang bisa menuntun bangsa untuk tidak terjebak dalam hegemoni kekuasaan, sehingga apa lacur, cendekiawan yang menjual idealisme menjadi bahan cemoohan di masyarakat.
Kata-kata ini menjadi landasan berpikir sekaligus bahan refleksi untuk seluruh kader IMM baik yang terlibat secara langsung maupun tidak, baik yang PK, PC, PD, PP maupun diluar dari itu.
Kurang lebih dua tahun berada dalam tubuh IMM, bisa dikatakan dan tidak bisa kita pungkiri bahwa tidak sedikit dari kader IMM sendiri menganggap bahwa IMM adalah sebuah organisasi mahasiswa yang tidak lain hanyalah organisasi bualan.
Terlalu banyak kekeliruan yang dilakukan oleh kader calon penghianat selama berproses dalam IMM. Alih-alih mengatasnamai IMM sebagai legitimed sehingga sesukanya mengangkangi sampai pada urusan dapur-dapur organisasi lain. Artinya mereka para penghinat ini tidak lain merupakan kacung dari para seniornya untuk memata-matai IMM. Β Ada kemarahan yang harus saya catat pada opini ini.
Dengan kacamata yang objektif ingin saya katakan βjika anda ingin menemukan kader IMM yang paling rapuh dan inkonsisten di dunia ini, bertandanglah ke para penghinat iniβ. Mudah saja mengidentifikasi basis material kerapuhan dan inkonsisten dalam tubuh merekaΒ (penghianat) semacam ini.
Tidak perlu disebutkan satu-persatu kerapuhan-kerapuhan itu namun melalui tulisan ini saya mencoba membuka terowongan gelap yang ada dalam pikiran segelintir orang yang notabene merupakan pengecut yang sudah lama tertanam dan belum menemukan jalan keluar. Konon katanya pikiran gelap semacam itu sudah menjadi parasit yang membunuh secara perlahan namun mereka malah tidak menyadari itu.
Intimidasi menggunakan jabatan, suara senior adalah mutlak dan tidak bisa di bantah sehingga mengkerdilkan organisasi lain adalah beberapa contoh kasus real yang terjadi di beberapa tahun belakangan ini. Anda tidak akan percaya atau mungkin akan menganga jika mengetahui bahwa yang melalukan ini adalah segelintir oknum yang kesehariannya berada diantara kita.
Menarik bukan? Bagaimana tidak, sekelas orang yang katanya senior dalam organisasi tersebut yang harusnya mengayomi kadernya malah bergairah mengeruk idealisme kader organisasi lain sampai pada ranah komisariat.
Kewibawaan sekaligus nama baik dari organisasi tersebut malah ternodai oleh mereka yang tidak becus mengurus kadernya. Bagai pelakor yang ingin menghancurkan rumah tangga oarng lain, seperti itulah saya menyebut mereka, bahkan anak kecil yang baru belajar berbicara pun masih lebih baik karena mereka masih dalam tahap belajar sedangkan para senior ini malah berniat untuk menghancurkan IMM.
Saya bahkan merasa miris sekaligus kasihan kepada mereka ini. Kemana nasib mereka akan di bawah kedepannya jika orang-orang seperti ini diluar sana masih dengan bangga berteriak βsaya kader IMMβ meskipun bukan? Apakah ini yang disebut beramar maβruf nahi munkar? Apakah orang-orang seperti ini patut dipertahankan dalam oraganisasi tersebut? Tidak perlu saya jawab dalam tulisan ini sebab pembaca yang budiman sudah tentu tauh jawabannya.
Saya mencoba mengafirmasi kembali bahwa seharusnya mereka menunjukkan kualitasnya sebagai senior yang mengayomi bukan malah mencederai nilai-nilai yang telah dibangun oleh para founding father organisasinya.
Mengapa harus IMM?
Ada apa dengan IMM?
Jika tidak berurusan dengan IMM tidak dapat jatah makan? Atau mungkin lagi kekurangan BLT dari pemerintah?
Lantas apakah hanya dari luar saja mereka yang membuat cacat IMM?
Tentu saja tidak dan sudah tentu ada dari tubuh inrernal IMM itu sendiri. Para kader yang hanya menggap IMM sebagai batu loncatan untuk mendapatkan jabatan terpandang di ormawa. Mereka ini acap kali bisa dilihat jika sudah masuk ormawa, IMM malah tidak dianggap penting lagi. Toh tujuannya sudah tercapai buat apa lagi ikut dalam kegiatan IMM.
Cacatlah sudah IMM kita. IMM yang dulu dibangga-banggakan di forum manapun kini menyebutnya pun agak sedikit malu. Susah paya para pendiri membangun dan menanamkan nilai-nilai keislaman malah dibuat cacat oleh kader IMM itu sendiri.
Jika berkenan, saya akan mengutip kata-kata dari ketua umum PDI Perjuangan: βsaya lebih suka kader pemberontak daripada kader penghianatβ.
Penyunting: Irvan Chaniago