Meneladani Kehidupan Sang Teri Menggurita β€œIr. Mohammad Nadjikh”

Oleh: Abdan Syakur Ramadhan (Anggota Bidang TKK 2022/2023)

Dahulu, disebuah desa kecil yang bertempat di Gresik, ada seseorang yang pandai dalam mengolah hasil laut, ia anak sulung dari delapan bersaudara, dari kecil ia sudah dikenalkan dan diajarkan berdagang ikan. Sepulangnya dari sekolah, ia membantu bapaknya dalam berdagang di pasar tepi sungai Bengawan Solo. Setelah beberapa tahun kemudian, sebuah jembatan penyebrangan dibangun, banyak orang yang mulai meninggalkan sungai dan perdagangan di sungai pun sepi, penjualan merosot sampai banyak sekali yang berhutang.

Bapaknya bangkrut dan menjual sawah untuk dapat menghidupi keluarganya. Demi membantu ekonomi keluarga, setiap pagi ia membantu ibunya dalamΒ  berjualan bubur, meskipun tak sampai hati melihat adik-adiknya sarapan bubur setiap harinya. Akan tetapi ia belajar ikhlas dan menerima keadaan. Ia masih sekolah karena baginya sekolah adalah yang paling utama. Ia masih bisa sekolah karena kegigihanya, bahkan ia sempat menimba ilmu di pondok pesantren. Ia mendapatkan ilmu agama dari sana, semakin ia tumbuh dewasa semakin besar tekadnya untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi. Ia tidak menyerah dengan kondisi keluarganya, apapun ia lakukan untuk meningkatkan ekonomi keluarganya. Tak peduli seberapa besar rintanganya. Hingga pada akhirnya ia bersekolah di SMA Negeri yang bertempat di Gresik, ia menjadi siswa yang pandai dan pintar.

Suatu hari gurunya memberikan kabar, bahwa ia diterima di IPB (Institute Pertanian Bogor). Meskipun teman-temanya banyak yang mengejek, ia tetap bertekad bahwa kelak ia akan menjadi orang sukses. Sesampainya di rumah ia menyampaikan kepada kedua orang tua nya, ketika melihat kabar gembira tersebut, kedua orangtuanya bangga dan juga sedih dikarenakan tidak bisa memberikan uang saku untuk menghidupinya di Bogor.

Ia menyendiri dan mencari cara untuk meyakinkan kedua orang tua nya agar ia bisa berangkat ke Bogor. Setelah menyendiri, ia pun pulang ke rumah nya, dan sesampainya di rumah ia melihat rumah belakangnya telah laku terjual dan uang hasil penjualan rumah yang terdapat dibelakang itulah yang diberikan orang tua nya untuk ia berkuliah di IPB.

Selama diperkuliahan ia menjadi mahasiswa yang rajin dan pintar. Setiap hari Sabtu terdapat ujian di kampus dan ia mendapat peringkat 10 besar dari beberapa mahasiswa yang ada di kampusnya dan pada akhirnya ia mendapat beasiswa. Akan tetapi, beasiswa saja tidak cukup untuk dapat membantu ekonomi kedua orang tua nya, ia harus bekerja lebih keras lagi, kemudian ia bekerja menjadi Guru SMA, guru les privat sampai menjadi penjaga perpustakaan di kampusnya.

Bahkan ia sempat ditunjuk sebagai ketua asrama di IPB. Setiap kali rindu kepada keluarganya ia selalu menulis surat untuk keluarganya dan ketika hendak ujian ia selalu meminta doa dan restu kepada kedua orang tua nya supaya mendapat kelancaran dalam ujian. Hingga pada saat menjelang ujian semester 3, bapaknya pun meninggal dunia dan ibunya sengaja tidak memberikan kabar supaya ia tetap fokus kepada ujian.

Setelah mendengar kabar tersebut, ia langsung ke Gresik dan ibunya meminta agar ia tidak kembali ke Bogor supaya dekat dengan keluarga. Akan tetapi ia memiliki tekad untuk menjadi sarjana dan membuat ekonomi keluarganya sejahtera, akhirnya ia direstui ibunya untuk kembali ke Bogor. Sampai pada akhirnya ia lulus dan menjadi salah satu wisudawan terbaik.

Ia masih tetap harus menghidupi ketujuh adeknya, dikarenakan ia pintar kemudian ia dipercayakan menjadi dosen di kampusnya. Namun karena penghasilannya belum mencukupi, ia mencari pekerjaan di perusahaan besar, ia bekerja sangat giat dan mendapatkan pengalaman serta kenalan yang luas, adapun perusahaan tersebut seperti perusahan coklat dan udang. Setelah menikah tidak mudah baginya untuk meyakinyan istrinya bahwa ia memiliki mimpi yang besar, ia mengatakan kepada istri nya bahwa ia akan memiliki tanah dan pabrik yang besar itu. Beruntungnya istrinya adalah seorang pekerja keras, istri dan anak nya berkeliling setiap hari untuk berjualan teri. Kemudian ia berpikir kedepan “Bagaimana menjadi orang yang sukses dengan kekayaan yang melimpah ruah ini?”. Tibalah ia pada suatu perkampungan nelayan, kemudian ia berbincang dengan nelayan dan bekerjasama dalam membuat lapangan pekerjaan baru untuk mereka.

Beberapa tahun kemudian ia dan temannya membangun usaha sendiri, mereka bertiga bekerjasama dari kecil. Sampai pada akhirnya ada pengusaha Jepang yang menawarkan kerjasama, pengusaha Jepang tersebut ingin membeli semua teri dari hasil tangkapan nelayan mereka, dan dari situlah usahanya semakin maju. Ketika ada masalah yang melanda ia selalu mengajak diskusi temanya dan mencoba menyelesaikan bersama. Hingga pada akhirnya ia melanjutkan usahanya sendiri.

Usahanya tentu berhasil karena ia pekerja keras, pantang menyerah dan pandai berhubungan baik dengan sesama. Ia meresmikan perusahaanya pada tahun 1994. Ia membesarkan usahanya sampai keluar negeri. Kehidupan ibu dan adik-adiknya membaik. Ia mempunyai jiwa sosial yang tinggi, rasa kemanusiaanya melebihi orang kebanyakan. Ia sukacita membagi ilmu dan pengalamnya dari yang semula tidakΒ  mampu menjadi pengusaha yang sukses seperti sekarang. β€œDari laut ia menjadi pahlawan untuk sesama”.

Dari kehidupan bapak Ir. Mohammad Nadjikh atau biasa disebut dengan sang teri menggurita dapat diambil beberapa pelajaran yang salah satunya ialah kesungguhan beliau dalam menjalani tujuan kehidupannya, salah satu tujuan dari kehidupan beliau ialah mengubah perekonomian keluarga beliau. Kesungguhan sangat diperlukan jika ingin mencapai tujuan dari apa yang diinginkan, kesungguhan di sini dapat dikaitkan dengan sebuah mahfudzat yaitu β€œman jadda wajada” yang artinya ialah barang siapa yang bersungguh-sungguh maka dapatlah ia, oleh karena itu perlu adanya kesungguhan dalam mencapai sebuah tujuan dari apa yang kita inginkan, sama halnya seperti bapak Ir. Mohammad Nadjikh atau sang teri menggurita.

Referensi : https://youtu.be/S8b1upcAwcY

 

Penyunting: Irvan Chaniago