Kajian Pengantar Filsafat Teoritis Dan Praktis (Karya Filosof Muslim Murtadha Muthahhari)

Oleh: Marjuki Al Mujakir (kader IMM FAI UAD 2020)

Pada kesempatan kali ini kita mendudukan pengertian filsafat teoritis dan praktis. Secara sederhana filsafat teoritis adalah memandang sesuatu sebagaimana adanya. Sedangkan filsafat praktis adalah memahami dan menempatkan sesuatu sebagaimana mestinya atau perilaku kita selaras dengan keharusan tersebut.

Memandang sesuatu sebagaimana adanya tentu tidak bergantung pada definisi, genus maupun diferensiasi, namun ada bergam prespektif untuk menyoal keberadaan tersebut . Sebagaimana sains memandang keberadaan ialah sejauh di indrawi. Sementara menurut Aristoteles keberadaan itu berkaitan dengan metafisika atau sesuatu yang mendahului materi, dengan pendekatan silogistik, argumentasi dan demontstrasi, yang kemudian di perjelas oleh Ibnu Sina, demikian keberadaan tak bergenus itu dalam pandangan Plato yakni metafisika alam idea.

Ayatullah Syahid Murtadha Muthahhari dalam melihat keberadaan itu sebagai sesuatu sesuatu yang melampaui pikiran dan psikis manusia yang kemudian memiliki ke – umuman dan kehususan di dalamnya, Tentunya kita ingin melihat perbedaan cara pandang itu. Manakah yang kemudian dapat menempatkan keberadaan dalam keharusan moral manusia, tidak bersifat subjektif melainkan objektif sebagai basis transendensi manusia.

Persoalan tersebut kemudian menjadi kompleks dan urgent ketika kita bertanya bagaimana kesederhanaan itu menjadi keberagamaan? kemudian bagaimana keluar dari keberagaman untuk menjadi sederhana, lalu menjadi keharusan moral, tetapi tidak bersifat personal psikologi terutama di dalam ber – agama

Karena kenyataanya manusia dihadapkan dengan persepsi indrawi di imajinasi manusia dalam memandang realitas guna memenuhi kebutuhan hidupnya dalam relasinya dengan alam yang niscaya relatif, tetapi di dalamnya mengandung kemungkinan dari aktualitas sesuatu yang tidak mendeterminasi ikhtiar dan kebebasan manusia dalam memilih.

Jadi secara teoritis mestinya aktualitas sesuatu adalah eksistensial namun tidak demikian dalam keharusan moral manusia dalam hubungan dengan keberadaan atau sesuatu sebagiman adanya tersebut, karena faktanya ada di mana tindakan kita dalam keharusan moral tidak bernilai atau non eksistensial meskipun meyakini kebenaran namun cara pandang dan menempatkanya menjadi ketiadaan dalam perbuatan.

Olehnya berbahagialah mereka orang yang berada dalam kesedehanaan wujud, karena tindakanya sudah pasti eksiatensial, maka carilah kesederhanaan itu di dalam alam yang relatif dengan kemungkinanya, sebab sungguh merugilah mereka yang tidak berada di dalamnya karena perbuatanya sudah pasti sia – sia, terutama di dalam ber–agama.

Wallahu a’lam bissawab

Allahummah shalli ala Muhammad wa Ali Muhammad.

 

Editor: luluklatfah