Oleh: Zulfikar Azhar (Kabid Sospem IMM FAI UAD 2022/2023)
Malam merupakan waktu manusia untuk beristirahat dan siang waktunya untuk bekerja (beraktivitas), cara mausia untuk beristirahat salah satunya dengan tidur. Menurut Arthur Guyton dalam Buku “Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9” tidur dapat didefinisakan sebagai suatu kondisi dibawah sadarnya seseorang dan dapat dibangunkan dengan sebuah rangsangan sensorik atau rangsangan lainnya.
Al-Qurthubi mengatakan bahwa tidur itu sama seperti kematian karena pada saat tidur kondisi mausia dalam keadaan tidak sadar, sedangkan menurut Leonardo da Vinci bahwa tidur merupakan sebuah proses untuk mendapatkan ide yang cemerlang ketika bisa mengelola tidur itu secara baik.
Dalam tidur terkadang manusia secara keseluruhan mengalami suatu peristiwa yang dinamakan dengan mimpi. Sebuah kondisi yang menggambarkan kehidupan seperti nyata akan tetapi abstrak tidak beraturan.
Pembagian Mimpi
Mimpi dapat dibagi menjadi dua macam, ada mimpi yang benar dan ada juga mimpi yang bohong.
Dikatakan mimpi yang benar ketika mimpi itu dapat berpengaruh kepada orang yang mengalaminya, sebagaimana mimpi ini lebih membawa berita gembira dan sebuah peringatan.
Peristiwa ini hanya dapat terjadi ketika kondisi fisik dan jiwanya dalam keadaan normal serta pikirannya yang netral.
Sedangkan yang dimaksud dengan mimpi bohong adalah yang sering disebut dengan bunga tidur, dimana mimpi semacam ini yang menimbulkan sebuah ketakutan, kesedihan, yang mimpi ini tidak memperingatkan seseorang dari dosa, tidak memperingatkan dari hal-hal yang bersifat lalai, dan tidak mencegah kepada perbuatan yang berbau mencelakan.
Mimpi ini terjadi dikarenakan pengaruh masalah pribadi, kejiwaan, dan pikira-pikiran yang mengganggu. Sebagai mana dalam hadis yang artinya: “mimpi itu terbagi tiga, mimpi yang baik, yaitu kabar gembira yang berasal dari Allah swt, mimpi pencemas yang berasal dari setan, dan mimpi yang merupakan penjiwaan jiwa sendiri yang berasal dari pengaruh psikologis” (HR. Muslim dan Ahmad)
Mimpi dalam kasus yang pertama merupakan salah satu mimpi yang isi atau kandungannya benar dan mempunya makna yang bersumber langsung dari Allah swt, serta mimipi yang dimaksud inilah dibahas dalam al-Quran. Sebagaimana salah satu contohnya dalam QS. As-Saffat Ayat 102:
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.
Ayat di atas menjelaskan bahwa mimpi yang telah dilihat oleh Nabi Ibrahim As. yang diri beliau diharuskan untuk menyembelih putranya yang bernama Isma`il as.
Mimpi yang pada awalnya diragukan dan kemudian beliau meyakininya bahwa itu merupakan seruan dari Allah swt, dan seruan itu segera dilaksanakan setelah bermusyawarah bersama pihak keluarganyan dan beliau merasa yakin dengan kebenaran mimpi itu.
Pada khasus kedua yang datang lewat bisikan pada hati. Hal ini dikarenakan berawal dari sebelum orang tersebut tertidur, sebelumnya ia mempunyai suatu hasrat, baya, gan, keinginan atau sejenisnya, dimana itu dapat memadati fikirannya yang hal demikian mampu tergiring ke dalam tidurnya.
Dalam kasus ini kemudian Freud mengemukakan dalam teorinya yaitu pemadatan (condensation) dan pemindahan (displacement) di mana mimpi merupakan yang menjadi jalan pemenuhan dalam keinginan (wishfulfillment) berasal dari alam bawah sadar yang kita represi.
Sementara itu dalam kasus yang ketiga adalah suatu permainan dan gangguan dari syaitan dengan maksud untuk memunculkan kepada diri manusia akan rasa takut dan sedih yang berakibat diri menjadi lesu, tidak karuan, dan penuh kekhawatiran.
Akhirnya, terbawa sampai seseorang itu sadar, yang diistilahkan Nabi Saw. pada mimpi ini sebagai Ahawil mina al-syaithan. Sebagai mana dalam hadis Nabi saw yang artinya:
“Syaitan suka mendatangi kalian dalam setiap keadaan sampai pada waktu makan, maka apabila makanannya jatuh pungut dan bersihkan, kemudian makanlah dan janganlah menyisakan untuk syaithan dan apabila telah selesai maka jilatlah jari-jarinya karena sesungguhnya ia tidak tahu dari makanan mana terdapat berkah”. (Hadis ini diriwayatkan oleh lima imam kecuali Bukhari)
Pandangan Terhadap Mimpi
Menurut Muhammad ‘Utsmān Najati seorang pakar psikologi Islam mengatakan mimpi bukanlah tentang dorongan dari bawah sadar semata, akan tetapi mimpi lebih dari itu, mimpi merupakan sebuah interpretasi dari pengalaman yang diperoleh ruh selama manusia berada dalam tidurnya.
Saat tidur, ruh melepaskan diri dari tubuh dan berpelesir ke berbagai tempat yang akan dituju dan kembali lagi pada saat ia terbangun. Dan psikologi Islam berpendapat bahwa ruh yang berpelesir ke alam ruh, yang dimana dalam alam ruh hukum ruang dan waktu tidak berlaku.
Mimpi merupakan salah satu peristiwa yang dialami oleh psikologi seseorang ketia sedang dalam keadaan tidur. Kondisi di mana hadirnya gambaran, ide, sensasi, dan emosi yang terjadi diluar kendali seseorang yang sedang merasakan peristiwa mimpi tersebut.
Dalam peristiwa fenomenologis, satu hal yang paling mencolok dari pengalaman kesadaran dalam kondisi tidur ialah di mana akan kemiripan dunia yang hadir ketika tidur dengan kehidupan nyata saat kondisi sadar (tidak tidur).
Mimpi dapat diartikan juga sebagai bunga tidur yang dirasakannya pada saat ia dalam keadaan rileks atau mengistirahatkan anggota tubuhnya. Ketika dalam kondisi tertidur maka yang terjadi sebenarnya bahwa otak dan alam bawah sadarnya mengalami kondisi yang lebih aktif.
Mimpi merupakan salah satu hasil dari “imajinasi terdisosiasi” dari diri yang dalam keadaan sadar dan menarik material yang bersumber dari ingatan pancaindera untuk simulasi, menggunakan umpan balik dari inderawi setelah dihasilkan dalam halusinasi. Dengan cara menstimulasi suatu sinyal inderawi untuk mengontrol saraf otonom, yang dimana mimpi bisa mendoktrin interaksi pikiran dan tubuh.
Ketika dikatakan mimpi adalah sebuah bunga tidur yang diberikan Allah swt untuk seorang hambanya, dan dalam sebuah mimpi sering terjadi istilah yang namnya mimpi indah dan sebaliknya.
Akan tetapi, tidak mungkin Allah SWT memberikan atau menurunkan sebuah mimpi hanya sekedar bunga tidur semata, Tetapi memang ada hal lain yang Allah turunkan selain sekedar bunga tidur yang sekiranya tidak semua manusia menyadari akan hal itu.
Penyunting: Irvan Chaniago