MUSLIMAH TONGGAK SEBUAH PERADABAN

Muslimah Tonggak Sebuah Peradaban

Oleh : Ajeng Riadwi Yunanto (Kader IMM FAI 2018)

Tepatnya tanggal 1 maret. Hampir seluruh wanita pelosok dunia memperingati hari besar Hari Perempuan Internasional, yang lebih dikenal dengan istilah “March’s Woman”. Berangkat dari sebuah sejarah tentang adanya perdebatan yang dilakukan oleh para pria.setelah disetujui lahirnya, tindakan mengatasi terdiri kesetaraan gender. Diharapkan tidak lagi terjadi di tengah masyarakat.

Permasalahan yang terjadi di masa sekarang ini kesetaraan gender atau yang di sebut feminisme mulai bangkit. Feminisme adalah gerakan dari kaum wanita atau pria untuk menghapuskan perilaku bias gender dan menyamaratakan antara pria dan wanita. Pemikiran-pemikiran feminisme dalam hal kecantikan, kekayaan, ketenaran itulah definisi kesuksesan mereka. Wanita memiliki kebebasan untuk menetukan hidupnya. Bebas melakukan dan menjadi apapun. Lebih khawatir tidak bisa memasak dan mengurus tempat tinggalnya. Wanita yang menghasilkan banyak uang di anggap lebih terhormat daripada wanita yang berdiam di rrumah mengurus anak-anaknya. Mereka menyukai sosok Wanita karir seperti hari ini yang hanya mengejar kesuksesan semu dengan capaian materi.

 Hal yang sangat bertolak belakang di dalam islam. Penyebab di dalam islam Allah menempatkan perempuan dan laki-laki sama di hadapanNya, sebagai peran. Tidak ada istilah kesetaraan gender dalam islam. Namun, Islam pun menyetujui masing-masing dengan menentukan tujuan hidup mereka di dunia demi meraih ridho Allah. Yang dalam pelaksanaannya Allah Subhanahu wa ta’ala bedakan antara perempuan dengan laki-laki. Semata-mata demi perempuan itu sendiri, seorang perempuan sangat terhormat dan mulia di hadapan Allah. Alasan di dalam Islam perempuan adalah kehormatan yang wajib dilindungi, dan paling tahu tentang diri manusia adalah Allah ta’ala.

Tugas pertama dan terbesar seorang perempuan, yang tak akan tertandingi oleh siapa pun, adalah untuk membesarkan generasi yang baru. Dia telah dipersiapkan oleh Allah untuk hal itu secara fisik dan psikologi dan dia tak boleh disibukkan oleh apa pun yang bersifat materi ataupun moral, seakan-akan tak ada siapa pun yang dapat menggantikan dirinya dalam mengerjakan tugas tersebut yang mana masa depan negara dan kesejahteraannya yakni kesejahteraan umat manusia tergantung padanya.Oleh karena itu, wanita hanya akan mencapai karir cemerlangnya selama berpegang teguh pada syariat Allah Subhanahu wa ta’ala, bukan yang lain.

Banyak sekali contoh Wanita Muslimah yang menjadi panutan kita (muslimah), bagaimana bersikap dan bertutur katanya para Ummatul Mukminin golongan Assabiquunal Awwalun, bagaimana menjaga marwah sebagai Muslimah, Izzah dan juga Iffah. Mereka membalut dirinya dengan 3 pakaian, dan pakaian paling utama bagi mereka adalah Libasut Taqwa (pakaian takwa). Allah memerintahkan kepada hambanya, sebagaimana yang terdapat di dalam ayat al-qur’an. Yamg Artinya “Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (QS. Jumu’ah:10).

Dalam terjemahan ayat diatas menjelaskan, bertebaranlah kamu di muka bumi, tidak ada yang lebih bermanfaat di dunia ini selain kita memanfaatkan waktu dengan mengisi sesuatu yang bermanfaat bagi akhirat kelak. Jika di kaitkan dengan sekarang, sungguh adanya kemorosotan ketika Muslimah diajak untuk berkiprah mensyiar ajaran agama islam. Muslimah sekarang sudah termakan, sudah tergerus dengan istilah-istilah yang mana bukan menjadi diri menjadi lebih baik lagi, tetapi hanya sekedar bawa perasaan (baper) saja.

Contoh, beberapa bulan yang lalu ada seorang pemuda hafidz yang menikah dengan seorang akhwat, lalu bagaimana kebanyakan komentar yang muncul? “ih.. baper. Sedih ditinggal sama si fulan. Atau perkara-perkara yang sejenisnya. Wahai para Ummahatul Ghad (ibu-ibu dimasa yang akan datang) sadarlah. Jika ibunya seperti ini, mudah tergerus, bagaimana kelak dengan peradaban mendatang? Generasi setelah kita? Yang akan mendapatkan tantangan jauh lebih bahaya lagi daripada kita saat ini. Jika kita masih berleha-leha, berfoya-foya, tidak menyiapkan bekal yang cukup, masih memikirkan seputar dunia perjodohan, akan jadi apa generasi setelah kia? Apakah bisa kita disebut sebagi tonggak peradaban Islam?

Muslimah, marilah jadikan diri kita lebih baik bukan sekedar tampilan tapi juga dari segi keilmuwan perempuan adalah tonggal sebuah peradaban pada diri kita lah melahirkan generasi-generasi penerus ulama datangi majlis-majlis ilmu sentuh nafas para ulama melalui tulisan dan kitab mereka sibukkan diri kita dengan ilmu, ilmu dan ilmu lalu barangi perbaikan adab, turunkanlah pandanganmu. Carilah ridho Allah semata tirulah istri-istri rasulullah shalallahu alaihi wassalam dan para musahibiyah yang lain yang mana kita tidak tahu raut wajah mereka tapi namanya harum mewangi hingga sekarang.

“Dunia adalah perhiasan dan perhiasan terbaiknya adalah wanita shalihah.” (HR. Muslim)

Teruntuk Immawati” 💕

Evaluasi Setengah Periode PK IMM FAI UAD 2018-2019

 

 

Sabtu – Ahad,12-13 Januari 2019 – Bidang organisasi PK IMM FAI UAD telah melaksanakan kegiatan evaluasi setengah periode masa kepemimpinan.Semenjak terlantik pada 18 agustus 2018 bertempat di Aula Gedoeng PP Muhammadiyah,yang terdiri dari  41 pengurus meliputi BPH,Bidang Organisasi,Kaderisasi,RPK,Sospem,TKK,SBO,Hikmah,Ekowir ,dan Medkom.

Agenda ini dilaksanakan 2 hari 1 malam,yakni pada pada tanggal 12-13 Januari 2019 berlokasi di daerah Banyumeneng II,Panggang,Gunung Kidul ( Rumah Mbah dari Saudari Lusi,Sekbid Bid.Organisasi).Kemudian agenda ini dilaksanakan sebagai evaluasi kinerja dari program kerja,personalia dan juga manajemen dari kepengurusan itu sendiri,sampai pembahasan tindak lanjut dalam mengarungi PK IMM FAI UAD kedepanya.Dengan terlaksananya agenda tersebut PK IMM FAI UAD ,harapanya agar menjadi lebih meningkatkan ghiroh (semangat) dalam menjalankan amanah,menggerakkan, dan juga dapat memberdayakan para kader.

Ketua Umum PK IMM FAI UAD menyampaikan,”harapan dari saya adalah untuk kedepanya setelah evaluasi setengah periode PK IMM FAI , yaitu berkembangnya lagi semangat dalam berikatan,tumbuhnya niat yang tulus , juga timbul sifat saling memaafkan satu sama lain dan juga bisa benar-benar menjaga keistiqomahan.Karena yang saya inginkan dari teman-teman PK adalah semangat dakwah menggembirakan nan menggerakkan”ungkapnya beliau kepada Tim Riset Pengembangan Keilmuan PK IMM FAI.

Oleh : Tim Riset Pengembangan Keilmuan PK IMM FAI-EN.

KEKALAHAN BUKANLAH AIB

 

Oleh : H. Kapitang

 

“Pemenang sejati adalah dia yang mampu tersenyum dan bahagia dikala dia belum berhasil. Karena, dia sadar perlu adanya persiapan yang matang untuk memenangkan sebuah pertarungan” Kira-kira begitu yang diucapkan oleh Djajendra sang motivator

 

Memang, dalam hal menerima kekalahan bukan lah sebuah perkara yang mudah, namun Ketika nilai-nilai moral tertanam dalam diri dan menjunjung tinggi sportivitas, maka menerima kekalahan bukanlah suatu hal yang sulit. Bisa jadi dari kekalahan tersebut  akan melahirkan kekuatan baru dan menjadi batu loncatan untuk menjadi pemenang di pertarungan-pertarungan berikutnya.

 

Jika seseorang tidak menerima kekalahan yang dialaminya, tanpa sadar dia telah mengembang biakan monster-monster dalam dirinya dan jelas lah bahwasanya dia gagal menjadi pemenang ketika bertarung dengan dirinya sendiri.

 

Menerima kekalahan adalah salah satu bukti ketakwaan kita kepada Tuhan, karena kita patuh dan tunduk atas segala kehendaknya. Menerima kekalahan juga merupakan bentuk kontribusi kita kepada pemenang. Kalau tidak ada yang kalah tentu tidak akan ada pemenang dalam sebuah pertarungan.

 

Merasa kecewa dan sedih ketika mengalami kekalahan itu merupakan suatu hal yang wajar-wajar saja, tetapi ketika berlarut dalam kesedihan, kekecewaan yang tak berujung sampai menimbulkan hal-hal negatif saya kira sikap tersebut jauh dari kata wajar bahkan jauh dari kata waras.

 

Maka dari itu, kalau kata Djajendra dalam sebuah tulisannya “jauhkan diri dari obsesi yang berlebihan untuk sebuah hasil yang sempurna”

 

Pembaca yang budiman, tulisan ini hadir  bukan tanpa alasan tetapi tulisan ini bisa hadir karena saya sendiri pernah melihat bahkan sering mengalami kekalahan dalam beberapa pertarungan. Misalnya bertarung dengan diri sendiri, terkadang saya tidak dapat menahan ego dan rasa amarah yang berlebihan dalam diri yang sering menggebu ketika mengalami kekalahan.

 

Tapi bukan berarti saat ini saya patuh terhadap ego dan rasa amarah yang berlebihan yang ada pada dalam diri saya. Perlawanan demi perlawanan terus saya lakukan, entah hasilnya seperti apa itu urusan Tuhan.

 

Dalam pertarungan sepak bola. Bukan sekal dua kali saya mengalami kekalahan tetapi sering kali saya mengalami hal tersebut. Sedih, kecewa, menyesal, putus asa, marah pun pernah saya rasakan. Yang menjadi poin penting ialah motivasi yang selalu diberikan oleh pelatih agar bangkit dan terus berusaha dengan keras, terus melakukan persiapan persiapan untuk pertarungan selanjutnya.

 

Dan akhirnya atas motivasi yang diberikan pelatih, dan persiapan-persiapan yang saya lakukan, saya bisa merasakan menjadi menjadi pemenang dalam sebuah pertarungan dalam sebuah pertandingan terbuka dan terukur dengan aturan.

 

Baru-baru ini menyaksikan kekalahan teman-teman dalam pertarungan perpolitikan. Karena ada hubungan emosional antara saya dan teman-teman sehingga saya pun sedikit merasa sedih dan marah. Asumsi saya, teman-teman juga pasti merasakan hal yang sama. Tetapi yang membuat saya kagum ialah kedewasaan politik yang di tunjukan oleh mereka.

 

Sedikit mundur untuk menyiapkan pertarungan selanjutnya dan mengucapkan selamat kepada pemenang adalah salah satu sikap dari  seorang pemenang sejati.

 

Wallahu a’lam bissawahb