Oleh: Saiful Bahri (Anggota Hikmah IMM FAI UAD 2023/2024)
Gerakan mahasiswa merupakan salah satu gerakan yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk merubah tatanan kehidupan di negara, gerakan ini akan timbul jika ada regulasi dan sistem yang di buat oleh pemerintah yang menimbulkan kerugian bagi kehidupan masyarakat. Dengan berbagai macam problematika terjadi di indonesia yang dibuat oleh pemerintah tentunya akan berdampak pada kehidupan masyrakat diantaranya adalah dari segi ekonomi, kesejahtraan, dan keadilan. Masyarakat menilai bahwa gerakan yang di bangun oleh mahasiswa merupakan salah satu cara untuk memperbaiki semuanya.
Mari kita melihat kembali pada tahun 1998, dimana mahasiswa berhasil melakukan pemakzulan terhadapa presiden suharto yang dikenal dengan ototriternya,walaupun dia pada saat itu masih memiliki kekuatan politik yang sangar besar untuk melajutkan pemerintahan. Namun, sejarah membuktikan bahwa gerakan yang di bangun oleh mahasiswa pada saat itu menjadi kekuatan yang paling kuat untuk merubah tatanan kehidupan masyarakat.
Antara Mahasewa dan Mahasiswa
Sebelum kita masuk lebih jauh lagi, perlu kita mengetahui apa yang di maksud dengan mahasiswa. Secara administratif mahasiswa di ambil dari dua kata, yaitu kata “Maha” di artikan sebagai Lebih tinggi, dan kata “Siswa” diartikan terpelajar. Lebih lanjut lagi mahasiswa adalah murid yang terdaftar di perguruan tinggi.
Secara umum pengertian mahasiswa kita bisa lihat dari beberapa pendapat parah ahli. Menurut Tilaar (1998) mahasiswa adalah manusia muda yang mulai mengarungi ilmu pengetahuan serta menalari masalah-masalah sosial. Sedangfkan Guardian of Value berpendapat bahwa mahasiswa merupakan orang yang sedang menempuh di perguruan tinggi untuk menuntut ilmu, dan memiliki nilai-nilai masyarakat yang kebenaranya mutlak. Dari sini kita bisa mengambil satu kesimpulan bahwa mahasiswa bukan hanya sebagai seorang yang belajar secara akademik, melainkan dia mampu untuk menjadi gardan terdepan untuk memperjuangkan hak-hak masyarakat dan mampu untuk menterjemahkan persoalan yang terjadi di masyarakat.
Saya tidak sengaja membaca tulisan dari media sosial yang di unggah oleh salah seorang masyarakat, narasi itu tertuju pada mahasiswa, karena dalam narasisnya tersebut dikatakan bahwa “saat sekarang banyak dari gerakan mahasiswa yang disewa, bukan dari kesadaran diri sebagai mahasiswa.” Melihat dari tulisan itu saya mencoba mengkorelasikan gerakaran yang di bangun oleh mahasiswa saat sekarang, dari beberapa gerakan yang saya ikutin dan informasi dari teman-teman gerakan yang lain bahwa pada dasarnya gerakan yang di bangun oleh mahasiswa sekarang adalah gerakan yang di sewah oleh orang yang punya kepentingan. Namun, saya tidak mengakatan bahwa semua gerakan mahasiswa itu di sewa. Hal ini menimbulkan paradigma masyarakat bahwa gerakan mahasiswa sekarang atas dasar kepentingan sesorang yang mempunyai cukup modal untuk disewa, inilah yang sebut dengan mahasewa ( mahasiswa yang di sewa).
Mahasiswa selalu di gaungkan dengan seorang intelektual. Intelektual sejati yang di miliki oleh mahasiswa haruslah bersifat general, yakni mereka yang mempertahakan kebenaran secara konsisten dan mereka yang mampu untuk memperjuangkan hak-hak kaum tertindas.
Mengutip dari bukunya Amirullah “IMM untuk kemanusiaan dari narasi menuju aksi” menurut Bourdieu sosok yang dimiliki oleh seorang intelektual memiliki dua dimensi dalam pengabdianya. Yakni, pertama: Dimensi pada dirinya sendiri. Maksudnya adalah seorang intelektua harus menampilkan dirinya dalam dunia-dunia karya, sebagai ajang untuk memperluas pemahaman dan menajamkan nalarnya. Kedua: Seorang intelektual memiliki jiwa politik. Dengan jiwa politik yang di miliki para intelektual akan memberikan dampak pada kaum yang di marjinalkan oleh kebijakan yang dibuat oleh elit politik.
Pergerkan Yang Ambigu
Perlu di sadari juga bahwa mahasiswa harus mengedepan nilain-nilai humanismenya, untuk menuntut moral yang ada pada mahasiswa, karena melihat berbagai macam problematika yang ada di negara indonesia ini akan menjadi tugas yang paling penting untuk mahasiswa dalam menjawab berbagai persoalan yang ada. Namun, melihat lagi pergerakan yang di bangun oleh mahasiswa sekarang masih belum cukup untuk melawan penindasan dan kejahatan yang di buat oleh pemerintah saat ini, penulis ingin mengutip dari buku “Islam dan Perlawanan” karya Rizal Firmansyah Putra Moka, di dalam karya itu di sebutkan ada beberapa faktor yang berpengaruh sehingga lemahnya pergerakan yang di lakukan oleh mahasiswa sekarang di antaranya.
Pertama. Polarisasi gerakan. Menurut penulis pergerakan semacam ini akan menjadi titik lemahnya bagi pergerakan yang di bangun oleh mahasiswa, karena mereka setiap melakukan protes ataupun kritikan pada pemerintah tidak menjadi satu, dalam artian mereka masing-masing melakukan pergerakan dengan metodenya sendiri-sendiri. Misalnya pakai media sosial, turun kejalan, dan diplomasi meskipun tujuanya sama, namun dari hasil polarisasi gerakan ini akan tidak efektif jika di bandingkan dengan pergerakan secara konsensus.
Kedua. Bersikap Hedonisme. Pergerakan-pergerakan yang di bangun oleh mahasiswa saat sekarang tidak terlepas dari kepentingan satu atau dua orang saja dalam artian tidak semua permasalahan mereka bisa untuk menanggapi, karena sikap hedonisme sudah sering kali terjadi melalui pergerakan mahaiswa. Salah satu studi kasus yang terjadi baru-baru ini seorang koordinator jaringan aktivis di salah satu organisasi pergerakan islam di indonesia yang demo menutut KPK untuk menangkap seorang menteri yang bernama Bahlil mengaku bahwa di tunggangi (disewa) oleh salah seorang mantan petinggi KNPI yaitu Lisman Hasibuan, dalam pernyataan aktivis ini dia mengaku bahwa masa aksi yang demo disewa. Inilah dampak dari sikap hedonisme kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan utama) tumbuh suubur dalam pergerakan mahasiswa sekarang, ini juga kan berdampak pada paradigma masyarakat yang tidak percaya lagi kepada mahasiswa sebagai membawa perubahan (tujuan mahasiswa) lebih jauh lagi masyarakat akan nilai mahasiswa akan membela terhadap yang mempunyai modal.
Sebagai akhir dari tuilisan ini penulis ingin mengajak kepada seluruh pembaca untuk bersikap kritis lagi pada kehidupan yang di atur oleh pemerintah, dan mari kita satukan pergerakan untuk melawan penindasan, ekploitasi yang dilakukan oleh rezin. Mari kira ukirkan kembali identitas mahasiswa yang ada dalam jiwa kita.
Biodata Diri
Nama : Saiful Bahri
Alamat Domisili: Tahunan,Umbulharjo, Yogyakarta
Penulisan Esay : Problematika Pemilu Serentak di Indonesia
No HP : 085243934605
Akun Medsos :ipul_xb ( Instagram)
Foto :
Atribusi : Politik adalah Bagian Dari Kehidupan
Nomor Rekening: BSI KCP Kusumanegara 7232028119 a.n Saiful Bahrin