ย
Oleh: Irvan Chaniago (Ketua Umum IMM FAI UAD 2023/2024)
Sebagai umat muslim, kita diperintahkan untuk saling berbuat baik satu sama lain dan tidak melakukan kerusakan maupun kehancuran. Dalam Al-Qurโan telah banyak menjelaskan mengenai perosoalan tersebut, salah satunya tertera dalam surat Q.S. Ali Imran ayat 104, berbunyi:
โDan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang maโruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.โ
Ayat di atas menjelaskan tentang bagaimana seorang mukmin untuk berbuat kebajikan dalam hidupnya, yaitu menyeru kepada yang maโruf (kebaikan) dan mencegah segala sesuatu yang berbau kemungkaran (keburukan). Mayoritas ahli tafsir sepakat bahwasannya ayat ini merupakan perintah untuk berdakwah. Ormas Islam di Indonesia pun banyak menjadikan ayat ini sebagai landasan normatif dalam menjalanjankan dakwahnya, salah satunya Muhammadiyah.
Dalam berdakwah, tidak selalu pesan yang disampaikan mengenai agama, berdakwah bisa tentang apa saja yang berbau kebaikan. Sebagai mahasiswa, sudah seharusnya mengambil peran dalam berdakwah, di mana kehadirannya memang sangat dibutuhkan dalam membangun sebuah perubahan yang lebih maju.
Defenisi Dakwah
Dakwah secara etimologi berasal dari Bahasa Arab dari kata: daโa-yadโu-daโwatan yang bermakna memanggil, menyeru, mengajak. Menurut H.M. Arifin dakwah secara terminologi adalah suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku, dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara individual maupun secara kelompok agar timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap, penghayatan serta pengamalan terhadap agama sebagai message yang disampaikan kepadanya dengan tanpa adanya unsur-unsur pemaksaan.
Dakwah saat ini, memiliki tantangan yang berbeda jika dibandingkan dengan masa lalu. Ketika dakwah zaman Rasulullah, beliau berdakwah sepanjang hidupnya dengan penuh kerja keras, bahkan sampai mempertaruhkan nyawanya dalam mengahadapi kerasnya sikap orang-orang Quraisy terhadapnya. Pada saat ini, dakwah memiliki tantangan dan kenyamanan yang berbeda, sehingga perlu adanya strategi dan langkah yang disusun agar pesan dakwah yang dibawa tersampaikan.
Menanamkan Kembali Spirit Dakwah Mahasiswa
Mahasiswa merupakan seseorang yang mempunyai tingkatan dan nilai lebih dibandingkan dengan masyarakat pada umumnya, karena tingkat pendidikannya yang terbilang tinggi memberikan kesempatan baginya untuk beripikir kritis dan bersikap objektif dalam menghadapi masalah masyarakat.
Mahasiswa yang dinobatkan sebagai agent of change memiliki peran penting untuk mengemban amanah untuk membuat sebuah perubahan dan mengontrol gejala-gejala sosial yang terjadi dalam kehidupan. Namun, kalau kita amati, apakah mahasiswa saat ini memang sudah menjadi agen perubahan? atau malah membicarakan soal perubahan, kemisikinan, penindasan sudah menjadi barang yang hambar? Semoga saja tidak.
Terlebih di era modern seperti saat ini, mahasiswa sering dianggap telah kehilangan prinsip dan jati dirinya sebagai pembawa perubahan. Perubahan memang terjadi, tapi cenderung negatif. Betapa mirisnya kalau keadaan seperti ini memang benar-benar terjadi. Apakah masih relevan perkataan Shahabat Ali Bin Abi Thalib yang berbunyi โRijalul Yaum Syabbanul Ghodi (Pemuda hari ini adalah pemimpin di esok hari)โ?.
Sebuah peradaban dunia tidak akan pernah terlepas dengan adanya peran pemuda yaitu mahasiswa. Kalau kita melihat sejarah, peran pemuda pada saat itu tidak bisa diremehkan. Munculnya sebuah gerakan Boedi Utomo 1908, kemudian disusul dengan gerakan Sumpah Pemuda 1928, Menumbangkan Orde Lama 1966, Menurunkan Orde Baru 1998 dan gejolak-gejolak lainnya tidak terlepas dengan adanya peran tongggak perubahan yaitu mahasiswa.
Sebagai seorang yang berintelektual, Agent of Change, Agent of Control, Agent of Analis harus sadar atas fungsinya. Harus mampu mengimplementasikan hal tersebut dalam tatanan masyarakat. Jika dalam diri kita tidak memiliki kesadaran dalam merespon isu-isu yang menindas masyarakat, sama saja kita telah lupa dengan tujuan dari seorang intelektual, meminjam istilah Julian Benda hal ini disebut dengan penghianat intelektual.
Dakwah Mahasiswa Melalui Organisasi
Penulis teringat ayat al-Qurโan yang ada pada surat ali-Imran ayat 110 yang berbunyi:
โKamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.โ
Surah ali-Imran ayat 110 ini diturunkan pada tahun ketujuh hijriyah, surah ini berarti tergolong dalam kelompok surah Madaniyah. Masyarakat muslim pada saat itu telah tumbuh dewasa dan terbentuk yang memiliki tuntutan ideal yang lebih tinggi bagi individu muslim. Jelasnya dakwah amar maโruf nahi mungkar yang tujuannya menciptakan kehidupan yang damai, adil, selamat dunia dan akhirat.
Surat ali-Imran ayat 110 ini adalah pasangan dari ayat 104 dari ayat itu sendiri. Bisa dilihat bahwasannya adanya hubungan kausualitas (sebab-akibat). Dalam menjalankan perintah dalam ayat 104 itu menyebabkan para pelaksananya diberi predikat โumat terbaikโ, diperintahkan menjalankan dakwah amar maโruf nahi mungkar di mana kedua ayat tersebut ditujukan kepada satu umat, yaitu Islam.
Surat ali-Imran yang telah dijelaskan sebelumnya bisa menjadi acuan mahasiswa dalam mengimplementasikan perannya dalam berdakwah. Mahasiswa bisa menjadikan organisasi sebagai medianya dalam berdakwah. Dalam organisasi mahasiswa bisa banyak belajar berbagai hal, bisa belajar bersama, bertukar pikiran, menemukan banyak perspektif yang bisa menambah wawasan mahasiswa itu sendiri.
Sebagian orang ada yang mengatakan bahwa dalam menjalani proses perkuliahan rasanya tidak cukup hanya mengikuti kegiatan belajar di dalam kelas saja, perlu adanya suatu kegiatan tambahan untuk megasah kemampuan dan menebarkan kebaikan, salah satunya mengikuti organisasi. Walaupun ada sebagian orang juga tidak sepakat dengan pernyataan tersebut, karena hal itu kembali kepada pilihan masing-masing. hal tersebut tidak menjadi masalah dan juga tidak buruk, karena dalam berdakwah bisa melalui media manapun.
Akan tetapi, organisasi juga bisa menjadi salah satu media yang bisa dipakai dalam berdakwah. Organisasi merupakan sebuah forum yang terhimpun dari sekumpulan orang dan memiliki tujuan-tujuan tertentu yang dilakukan secara bersama.
Ketika telah bergabung dalam organisasi, manfaatkanlah kesempatan itu dengan sebaik-sebaiknya. Jadikanlah itu sebagai rumah untuk berproses dan bertumbuh, melatih menjadi mahasiswa yang keritis, berani dalam mengemukakan pendapat, berani mengkritik kebijakan kampus yang tidak sesuai dengan kebutuhan mahasiswa, berani mengkritik kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak memihak kepada masyarakat yang lemah dan melakukan kontribusi yang nyata.
Saat ini, problematika zaman telah sangat kompleks, telah banyak fenomena-fenomena yang terjadi di luar sana yang harus kita respon bersama. Apalagi saat ini sangat perlu adanya melakukan kolaborasi-kolaborasi dengan banyak perkumpulan. Baik itu dengan organisasi, komunitas, dan elemen-elemen masyarakat lainnya. Agar lebih mudah terciptanya tatanan kehidupan yang nyaman dan sejahtera.
Ketika Rasulullah berdakwah, beliau tidak hanya seorang diri dalam memerangi kemungkaran. Melainkan ditemani oleh barisan jamaah yang kokoh membantu menghilangakan kemungkaran. Ketika K.H Ahmad Dahlan melihat banyaknya mitos-mitos yang menyelimuti masyarakat, praktik takhayul, bidโah, dan khurafat merajalela, beliau tidak hanya melihat saja, Kyai Dahlan langsung terjun dan mencoba meperbaiki itu semua.
Sudah saatnya peran mahasiswa harus dihidupakan kembali. Jangan sampai mahasiswa yang dilekatkan sebagai agen perubahan, agen pengontrol masyarakat sebagai mitos-takhayyul-khurafat belaka.
Berorganisasi memang akan menguras banyak tenaga. Ketika telah memilih dan tergabung dalam sebuah organisasi berarti harus juga siap dengan segala resiko yang akan datang. Apakah kita akan diam saja ketika melihat kezhaliman terjadi, apakah kita rela melihat anak cucu kita nanti merasakan kerusakan di mana-mana. Mari bersama-sama menjadi penerus dari pedahulu-pendahulu kita dalam menyebarkan kebaikan, melakukan dakwah amar maโruf nahi mungkar.
Mahasiswa sangat terikat denggan peran intelektualnya dan tidak bisa dilepaskan dari bagian masyarakat untuk hadir dan menjawab persoalan-persoalan yang ada. Buya Syafiโi Maโarif menyebutkan bahwasannya kerja-kerja intelektual adalah kerja seumur hidup, ia tidak pernah tuntas dan memuaskan. Oleh karena itu, sebagai mahasiswa yang telah mengembankan ini semua sebagai jalur dakwah, harus berani mengambil peran dan melakukan kontribusi yang nyata demi berlangsungnya kehidupan yang nyaman dan sejahtera. Meminjam istilah Antonio Gramsci, jadilah mahasiswa organik, mahasiswa yang menjadi kaum penggerak perubahan dan terlibat dengan problem sosial.