Oleh: Rendi Herinarso (Kabid Hikmah IMM FAI UAD 2022/2023)
Musyawarah Komisariat merupakan ajang perhelatan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yang diseleggarakan setiap kali akhir periode kepengurusan. Musyawarah Komisariat menjadi forum tertinggi dalam menentukan kerja organisasi selama satu atau lebih periode kedepan. Selayaknya pada musyawarah di organisasi otonom Muhammadiyah yang lain, Musyawarah Komisariat dihelat sesakral mungkin, karena selain membahas mengenai kerja kedepan, pula membahas dan menentukan Formatur 1, sebagai penentu awal terbentuknya struktural organisasi.
Begitulah kira-kira, paham yang perlu dijadikan acuan dalam proses musyawarah komisariat berjalan nanti. Bukan sekedar menitik dan menanti penyampaian LPJ, namun perlu adanya orientasi yang lain, yaitu penentuan arah gerak organisasi secara bersama.
Pada pelaksanaan Musyawarah Komisariat ke XX nanti, IMM FAI UAD mencoba menawarkan beberapa hal. Diantaranya, terangkum dalam tema Musykom di atas, Restorasi Integrasi-Interkoneksi Kerja. Restorasi diberi makna, pada pembangunan kembali, integrasi dimaknai sebagai kesatuan yang utuh, interkoneksi dimaknai dengan saling keterhubungan, dan kerja adalah proses atau langkah untuk menjalankan rancangan besar program turunan Grand Design.
Hematnya, temaΒ Musykom pada saat ini, dapat dipahami bahwa IMM FAI UAD ingin membangun kembali βarah gerakβ organisasi secara utuh dan saling terhubung antara program yang satu dengan yang lain. Tema ini diambil dari pembacaan situasi komisariat yang ada. Pada taraf lain, tema ini berhubungan kepada metode/cara kerja tiap bidang yang ada IMM. Metode ini diperlukan sebagai pendukung langkah gerak organisasi, agar setiap program yang dilaksanakan, tidak berkutat kepada penafsiran yang bebas dan terkesan urakan.
Restorasi Integrasi-Interkoneksi Kerja secara lanjut, sama-sama kita pahami lewat contoh kongkret dibawah ini. Namun, mari kita tarik satu rancangan/isu yang akan dibangun terlebih dahulu, dalam hal ini adalah soal kemanusiaan/sosial, sebagai contoh kasus Gempa Bumi Cianjur kemarin.
Gempa bumi Cianjur adalah musibah bencana alam yang menimpa manusia, sehingga membuatnya menderita. Gempa bumi mengakibatkan rumah, pekerjaan, keluarga, dan segala aktivitas yang lancar di suatu daerah menjadi terhambat, tidak berjalan normal seperti biasanya. Sehingga, sebagai seorang manusia, tentu terhentak hatinya untuk ikut meringankan segala penderitaan yang ada.
Respon manusia itu, terbagi menjadi respon secara individu, maupun organisasi. Sebagai sebuah keharusan, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dalam hal ini memiliki tuntutan yang sama, andil untuk meringankan daripada dampak yang dirasakan masyarakat disana.
Kerja Gerakan
Pada mulanya, kerja yang perlu dilakukan oleh IMM adalah dengan menganalisis bagaimana gempa tersebut berimplikasi pada keberlangsungan hubungan manusia. Melalui analasis semacam ini, dikerjakan oleh bidang terkait, seperti misal adalah Bidang Hikmah dengan tanggap terhadap kajian-kajian kebijakan dan kemanusiaan.
Bidang Hikmah, membuat analisis wacana tentang isu yang diangkat, dapat terurai seeksplisit mungkin, sebagai bahan kajian untuk internal komisariat dan umum. Setelah proses analisis selesai, dilanjut dengan aksi nyata yang dimotori oleh bidang lain, Seperti Sosial Pemberdayaan masyarakat yang terjun langsung menggalang donasi dan solidaritas kemanusiaan, Bidang Immawati dengan gerak pemberdayaan perempuan lewat diskusi keterlibatan perempuan tanggap bencana, Bidang TKK (Tabligh Kajian Keislaman) lewat pengadaan kajian rutin dengan menitikberatkan pembahasan hubungan agama dengan bencana alam dan sikap manusia beriman akan hal itu, sembari menggalang donasi jamaah.
Bidang Media Komunikasi dengan menyediakan info grafis dan seruan kemanusiaan pada media sosial, Bidang Kader yang bertugas mengkoordinir seluruh kader untuk terlibat pada kerja-kerja kamanusiaan, Bidang Organisasi dengan mengkoordinir Internal Pimpinan Komisariat untuk bersama-sama menggalang aksi, Bidang Ekowir (Ekonomi dan Kewirausahaan) dengan pemanfaatan produk yang hasilnya untuk didonasikan kepada korban, Bidang RPK (Riset Pengembangan Keilmuan) dengan penyediaan riset akan bencana untuk bahan pembacaan kader, Bidang SBO (Seni Budaya dan Olahraga) dengan agenda kerja kebudayaan seperti pengadaan teatrikal untuk menggaet kepedulian akan bencana kemanusiaan, dan terakhir, selaku Ketua Umum serta Pimpinan Harian, memberikan kebijakan pada semua kerja gerakan.
Itulah yang dinamakan Integrasi-interkoneksi Kerja Gerakan IMM FAI yang akan dibangun. Menarik satu fokus isu dengan dikerjakan secara bersama dan saling terkait. Hal ini dapat menjadi satu acuan untuk membentuk kerja organisasi agar tetap terjalin, tidak bias dalam menanggapi sebuah fokus isu. Selama ini, setiap kali ada sebuah isu atau Gerak untuk dibangun, hanya ditanggapi oleh salah satu atau beberapa bidang saja. Pengakomodiran berbagai bidang masih sebatas pelibatan individu pada kerja Bidang terkait.
Sebenarnya tidak terlalu masalah jika hanya sekedar pelibatan individu saja, namun kembali lagi, kita memliki tujuan mengakomodir dan menata kerja organisasi agar tidak bias dengan tafsiran masing-masing. Pengakomodiran tersebut, tentu bukan bermaksud membatasi kerja bidang, karena terlalu banyak pekerjaan diluar tupoksi pragmatis. Akan tetapi, justru melalui kerja-kerja yang demikian, IMM FAI dapat menciptakan sebuah identitas, serta mempelopori metode kerja baru.
Contoh kerja Integrasi-interkoneksi diatas, mungkin terlalu sederhana dan membutuhkan proses berfikir cepat. Tentu saja, kasus tersebut dapat diantisipasi lewat penyusunan kerja berjangka pada awal periode. Oleh karenanya, dibutuhkan internalisasi secara terus-menerus kepada Internal.
Contoh diatas pula memberikan gambaran isu insidental, bukan isu yang ditetapkan secara baku pada musyawarah kerja IMM FAI. Jikalau mengikuti kesepakatan pada musyawarah kerja diawal periode, metode Integrasi-interkoneksi Kerja dapat dijalankan sesuai dengan tatanan waktu yang telah diatur diawal. Metode Inegrasi-Interkoneksi Kerja memang membutuhkan proses perencanaan secara matang. Metode Integrasi-interkoneksi Kerja menjadi pendukung berjalannya rancangan arah gerak selama satu periode.
Metode tersebut, juga berimplikasi pada penyusunan yang template di media IMM. Impikasinya, tentu dimaksudkan untuk memperindah halaman media, supaya teratur, dan terkesan rapi. Masifikasi atau dukungan media pada pelaksanaan kerja IMM FAI, diperuntukan sebagai Laporan Kongret, bahwa IMM FAI berfokus kepada pembanguna sebuah isu.
Terakhir, metode yang akan diterapkan mungkin dapat dirancang sebagai berikut. Pertama, menentukan grand design terlebih dahulu. Kedua, membagi waktu pelaksanaan kerja secara tertata. Seperti misal, tiga bulan pertama periode fokus kepada perkaderan, tiga bulan kedua fokus kepada gerakan sosial kemasyarakatan, periode bulan ketiga fokus kepada gerakan lingkungan, tiga bulan keempat fokus kepada gerakan digitalisasi. Ketiga, perancangan turunan program kerja harus real, nyata, dan kongrit. Tidak pada uraian umum. Keempat, seluruh individu kader dengan bidang terkait perlu terkoneksikan, supaya kerja tidak menghambat, atau merusak agenda lain.
Penyunting: Irvan Chaniago