Oleh: Rif’atun Nisa’ustsani (Sekbid Medkom IMM FAI UAD 2022/2023)
Apa yang kita pikirkan saat mendengar kata βcendekiaβ pastilah di sana terbesit kata-kata pandai, cerdas, kreatif, rajin dan segala hal baik yang identik dengannya. Hidup ini adalah pilihan termasuk menjadi pribadi yang bagaimana itu juga pilihan. Waktu yang kita miliki dengan yang orang lain miliki sama, yaitu 24 jam. Namun akan menjadi berbeda tergantung bagaimana waktu itu dihabiskan, untuk hal-hal yang bermakna atau untuk hal-hal yang sia-sia.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia versi daring (dalam jaringan atau online) cendekia didefiniskan sebagai berikut:
-
- Tajam pikiran; lekas mengerti (jika diberitahu sesuatu); cerdas dan pandai.
- Cepat mengerti situasi dan pandai mencari jalan keluar (pandai menggunakan kesempatan); cerdik.
- Terpelajar; cerdik pandai; cerdik cendekia.
Dari beberapa definisi di atas dapat kita pahami bahwa cendekia adalah sosok yang cepat tanggap, cerdas dan kreatif dan pembelajar.
Seorang mahasiswa tidak terlepas dari kata βbelajarβ baik di dalam kampus maupun di luar kampus. Tidak hanya mahasiswa namun kita sebagai umat muslim Allah wajibkan bagi kita untuk menuntut ilmu. Belajar tidak harus di bangku kuliah namun hal yang tidak boleh kita lakukan adalah berhenti belajar dan merasa cukup atas ilmu yang kita miliki. Bagi seorang mahasiswa peluang mendapatkan ilmu yang lebih itu lebih besar tergantung bagaimana setiap waktu yang dimanfaatkan.
Menjadi cendekiawan yang inspiratif memberikan banyak keuntungan, baik di dunia maupun di akhirat. Keuntungan di dunia, ia dapat menjadi sosok yang bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya sehingga dalam kehidupan dunianya ia akan dihormati dan disegani orang-orang di sekitarnya. Adapun manfaat bagi akhiratnya, hal itu akan menjadi tabungan pahala atas amal-amal baiknya.
Akan tetapi seorang cendekiawan pun adalah tetap manusia biasa yang membutuhkan orang lain untuk berkarya. Oleh karenanya, untuk memaksimalkan potensi masing-masing yang dimiliki, ia harus bersinergi. Itulah alasan dibentuknya berbagai forum kecendekiaan. Forum-forum tersebut adalah sebagai wadah untuk saling berbagi dan bertukar pikiran serta silaturahim dan sebagainya.
Bangsa ini kehilangan sosok pemimpin yang bisa menjadi panutan. Tidak heran bangsa ini sering menghadapi konflik ketika terjadi pergantian pimpinan nasional. Padahal, konflik semacam ini tak perlu terjadi kalau para pemimpin nasional memiliki kearifan. Hal tersebut disampaikan Menteri Sosial (pada saat itu), Bachtiar Chamsyah, dalam diskusi buku M. Natsir, Berdamai dengan Sejarah, di Jakarta, 17 September 2008. Pada akhirnya, seorang panutan yang akan menginspirasi banyak orang, dapat membuat perubahan, menggerakkan kumpulan manusia serta menciptakan perilaku sosial. Hal ini sejalan dengan yang dituliskan oleh seorang psikolog, James Baldwin (1897) yang menyatakan bahwa paling sedikit ada dua bentuk peniruan, satu didasarkan pada kebiasaan kita dan yang lainnya didasarkan pada wawasan kita atas diri kita sendiri dan atas orang lain yang perilakunya kita tiru. Peniruan tersebut membentuk perilaku sosial, dan akan bernilai positif apabila sosok yang ditiru merupakan sosok panutan yang baik[1].
Masalah sosial mudah muncul dari kondisi tanpa panutan ini, tindakan kriminal tercipta sebagai akibat dari sulitnya lapangan pekerjaan. Lapangan pekerjaan sulit tercipta akibat dari tingkat pendidikan yang rendah. Semua berdampak kepada terciptanya kemiskinan. Tanpa adanya panutan, tindakan kriminal menjadi mudah untuk tercipta, tak ada panutan yang didengar, tak ada panutan yang diikuti. Kemiskinan akan semakin merajalela akibat tak ada keinginan diri yang kuat untuk merubah nasib, lalu ditambah dengan tak ada tokoh yang memberikan inspirasi untuk bekerja keras sesuai profesi.
Dewasa ini perkembangan zaman yang semakin pesat tidak dapat dihindari lagi. BerbagaiΒ sudut dalam kehidupan telah mengalami perubahan yang signifikan. Semakin majunya perkembangan zaman, membuat individu tidak dapat hanya berpangku tangan saja atau menggantungkan dirinya kepada orang lain. Individu dituntut untuk melakukan pengambilan keputusan dengan langkah yang cepat dan tepat untuk mengatasinya. Semakin banyaknya pilihan dan tekanan-tekanan yang ada, memungkinkan individu untuk mengambil keputusan yang salah. Seringnya keputusan yang diambil menghasilkan resiko yang dianggap negatif. Hal inilah yang membuat individu tidak berani mengambil tantangannya sendiri. Mereka cenderung membiarkan orang lain membuat keputusan atas dirinya. Dengan begitu tanggung jawab yang harus dipikulpun tidak akan terlalu memberatkan dirinya. Proses pengambilan keputusan ini memang bukanlah hal yang mudah bagi sebagian orang. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan, baik itu cepat atau lambat. Bahkan tidak jarang dari mereka, karena merasa tidak mampu akhirnya menyerahkan pengambilan keputusan tersebut kepada orang lain. Salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang dalam proses pengambilan keputusan adalah rasa percaya diri.
Rasa percaya diri merupakan satu hal yang sangat penting dalam aspek kehidupan. Sederhanya, jika kita saja sulit mempercayai diri kita, bahkan ragu dengan segala kempauan yang sudah Allah karuniakan maka bagaimana kita belajar bersyukur dan mempercayai orang lain, bukankah itu lebih sulit?.
Lantas bagaimana cara untuk meningkatkan kepercayaan diri seseorang? Ada berbagai cara yang dapat dilakukan, salah satunya melalui pemberian motivasi. Motivasi tersebut bisa dalam bentuk langsung dan tidak langsung. Motivasi dalam bentuk langsung adalah motivasi yang disampaikan oleh orang lain dalam bentuk lisan, sedangkan motivasi yang tidak langsung adalah motivasi yang disampaikan oleh orang lain dalam bentuk visual berupa tulisan atau gambar maupun audio visual seperti film. Untuk meningkatkan kepercayaan diri tersebut ada berbagai cara yang dapat dilakukan, salah satunya adalah dengan membaca cerita-cerita yang inspiratif yang berisi tentang motivasi-motivasi kehidupan. Dengan membaca cerita tersebut, seakan-akan kita berada pada dunia di mana kita tidak sendiri. Inspiratif merupakan pengalaman yang dirasakan sebagai dorongan jiwa, yang menuntun seseorang ke arah suatu kegiatan kreatifΒ (Shadily, 1995).[2]
Cerita inspiratif merupakan karangan yang menuturkan perbuatan atau pengalaman seseorang dalam mencapai kesuksesan, cerita ini biasanya adalah kejadian nyata yang dialami seseorang. Hal inilah yang diharapkan
mampu meningkatkan kepercayaan diri seseorang yang telah membaca cerita-cerita inspiratif tersebut untuk lebih berani mengambil keputusan dalam kehidupannya.
Globalisasi kini menjadi suatu hal yang amat penting dalam hubungan internasional. Globalisasi telah mempengaruhi berbagai aspek dalam hubungan internasional, mulai dari ekonomi hingga budaya. Dalam tiga dekade terkahir skala dan lingkup keterlibatan global semakin jelas. Keberadaan globalisasi semakin tampak nyata. Dengan globalisasi yang semakin deras, batas negara seolah-olah bukan merupakan suatu hambatan dalam tercapainya hubungan internasional. Perdagangan bebas semakin marak, bahkan seorang individu dapat melakukan hubungan secara mudah dengan individu negara lain melalui internet.
Banyak fakta yang dapat dijadikan indikator akan lahirnya globalisasi pendidikan. Salah satu embrio akan lahirnya globalisasi pendidikan adalah tren mahasiswa asing yang terus menerus meningkat secara merata di dunia. Dewasa ini jutaan mahasiswa lintas negara menimba ilmu pengetahuan di berbagai perguruan tinggi di berbagai negara dengan status overseas student (mahasiswa asing).
Data dari Department of Education and Training, Australia, menunjukkan bahwa jumlah mahasiswa asing yang sedang belajar di perguruan tinggi di Australia sangat tinggi. Pada tahun 2014, perguruan tinggi di Australia menampung 328.659 mahasiswa asing dari berbagai negara. Jumlah tersebut terdiri dari 25% dari total mahasiswa yang sedang belajar di perguruan tinggi di Australia. Dari total mahasiswa asing tersebut di atas 17.000 mahasiswa berasal dari Indonesia. Walaupun tidak sebanding dengan jumlah mahasiswa Australia yang belajar di Indoneia yang jumlahnya hanya sekitar 50 orang, data tersebut menunjukkan bahwa dunia ini sedang memasuki era baru globalisasi, yaitu globalisasi pendidikan.
Selain tingginya arus mahasiswa belajar ke luar negeri sebagai embrio lahirnya globalisasi pendidikan sebagaimana diungkapkan di atas, di Indonesia, ada beberapa fakta yang dapat diadikan sebagai alasan akan lahirnya globalisasi pendidikan. Perguruan tinggi terdepan di tanah air seperti Universitas Gajah Mada (UGM), Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB) telah menjalin hubungan kerja sama dengan beberapa perguruan tinggi di negara maju dalam membangun kelas internasional.
Double degree program adalah fakta yang jelas bahwa globalisasi pendidikan itu sudah mulai sedikit demi sedikit terbangun. Perguruan tinggi tersebut di atas, sebagai contoh, telah lama memiliki kelas international pada program S1. Kelas internasional tersebut telah menggunakan bahasa internasional sebagai bahasa pengantar kuliah, dan beberapa semester para mahasiswa mengambil beberapa mata kuliah di perguruan tinggi mitra di luar negeri, seperti Amerika Serikat, Jerman, Prancis, 228 Menuju Era Globalisasi Pendidikan β¦ Nedherland, Australia, Jepang, dan lain-lain. Para mahasiswa Double Degree program ini mendapatkan dua ijazah, satu dari perguruan tinggi asal di tanah air dan satu dari perguruan tinggi mitra di lar negeri.
Fakta lain sebagai embrio globalisasi pendidikan adalah lahirnya Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI). Terlepas dari pro-kontra program tersebut, upaya membangun sekolah bertaraf internasional di tanah air merupakan upaya pemerintah mempersiapkan anak bangsa dalam menghadapi pengaruh globalisasi khususnya dalam bidang pendidikan. Selain itu, program ini bertujuan untuk menyetarakan dan memajukan pendidikan yang ada di Indonesia, setidaknya lembaga β lembaga mulai dari SD/MI, SMP/M.Ts, dan SMA/SMK/MA bisa dilirik dan dijadikan sebagai pilihan bagi masyarakat yang berdomisili di luar negeri atau dari luar Negara Indonesia. Tentunya untuk mendapatkan standart sekolah bertaraf internasional tersebut tidak dengan mudah, akan tetapi diperlukan banyak syarat yang harus dipenuhi dari suatu lembaga guna mendapatkan predikat internasional dari kementrian pendidikan.[3]
[1] Danu Widhyatmoko, kepak garuda: penyebaran inspirasi lewat wallpaper tokoh inspiratif, BINUS University, Jakarta, Jurnal Humaniora Vol.4 No.1 April 2013: 580-588
[2] Luthfi Atmasari, Cerita Inspiratif dan Tingkat Kepercayaan diri dalam mengambil keputusan, IAIN Kediri, Jurnal Happines vol. 2 No. 2 Desember 2018.
[3] Moh Wayong, Menuju Era Globalisasi Pendidikan: Tantangan dan Harapan bagi Perguruan Tinggi di Tanah Air, UIN Alauddin Makassar, Volume VI, Nomor 2, Juli – Desember 2017.
Penyunting: Irvan Chaniago