Tahlilan : Presfektif NU & Muhammadiyah

Karya: IMMawati Asri Putri (Kader IMM FAI UAD 2020)

Tahlilan diambil dari kata tahlil yang artinya membaca Laillaha illah atau berdzikir. Sedangkanย  arti dari ย tahlilan, yaitu berdzikir, berdoa dan membaca Al-Quran bagi orang yang sudah meninggal. Kegiatan tahlilan berbeda beda pelaksaannya antar daerah, ada yang proses pelaksanaannya dengan mengumpulkan orang untuk datang kerumah duka dengan melakukan kegiatan tahlilan, pulang dengan diberikan snack sebagai tanda terimakasih telah mendoakan. Ada juga yang saat proses tahlilan itu melakukan kegiatan sama halnya namun tengah-tengah acara ada botol yang berisi air, gunanya untuk menyiram makam almarhum. Namun ada juga segolongan masyarakat yang tidak sama sekali melakukan tahlilan, lalu apa tanggapan 2 Ormas terbesar pengikutnya yang ada di Indonesia yaitu Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama ย perihal Tahlilan?

Tahlilan Perspektif Muhammadiyah

Menurut Ali yusuf selaku pimpinan salah satu pondok berbasis Muhammadiyah, memberikan ilmu nya tentang tanggapan Muhammadiyah tentang tahlilan yang diadakan di lingkungan masyarakat, yaitu:

  1. Muhammadiyah melihat dari sejarah tahlilan, Nabi Muhammad SAW tidak melaksanakan tahlilan ketika istrinya Siti Khadijah meninggal. Dapat diambil point tersebut, Muhammadiyah menanggapi bahwa tidak adanya tahlilan di Muhammadiyah karena melihat sejarah tidak diajarkan oleh Nabi.
  2. Tidak adanya dalil dan hadis kuat yang mengatakan harus dilakukannya tahlilan.
  3. Muhammadiyah tidak melarang untuk warganya mendoakan yang sudah meninggal, tetapi muhammadiyah tidak menuntunkan membaca dzikir dan membaca Al-quran ditempat kematian. Alasannya, karena ketika kita berdzikir dan membaca Al-Quran pahala yang didapatkan hanya untuk yang membaca saja, jadi menuurt Muhammadiyah Pahala tidak dapat di transfer.
  4. Pahala tidak bisa ditransfer, namun ada amalan yang dijelaskan dalam Hadis Riwayat Muslim yaitu โ€œDari Abu Hurairah RA berkata: Rasulullah bersabda: โ€œApabila manusia itu meninggal dunia maka terputuslah segala amalan kecuali 3, yaitu: Sedekah jariyah, Ilmu yang bermanfaat, Doa anak sholeh yang mendoakan kepadanyaโ€. Meninjau dari hadis ini, Muhammadiyah memperkuat bahwa apapun amalan yang di tujukan untuk yang sudah meninggal, hanya 3 amalan yang bisa sampai pada orang yang sudah meninggal.
  5. Yang menjadi sisi pertimbangan Muhammadiyah tentang tahlilan adalah dari sisi makanan, karena untuk menyediakan makanan membutuhkan dana yang tidak sedikit, sedangkan kita tidak tahu apakah keluarga yang beduka mempunyai dana dan jadi pertimbangan kembali jangan sampai karena mewajibkan tahlilan disaat tidak adanya dana, warganya terpaksa mengutangmaka dari sini Muhammadiyah ingin warganya lebih berhati hati akan bertindak.

Seperti itu sekiranya tanggapan dari Ali Yusuf sebagai salah satu aktivis Muhammadiyah. Lalu bagaimana pendapat tahlilan di kalangan Nahdatul Ulama? Penulis akhirnya menemukan narasumber yang pas dan paham ketika menanyakan perihal ini, karena yang penulis harapkan karya tulisnya tidak menjadi bahan perdebatan merasa mana yang benar mana yang salah, yang penulis harapkan adalah karya tulis ini menjadi bahan edukasi bagi teman-teman yang membaca.

Tahlilan Perspektif Nahdatul Ulama

Menurut Muhammad Fathonie salah satu Mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan dengan program studi yang dia ambil ILMU HADIS, dirinya menyampaikan alasan NU mengadakan Tahlilan

  1. NU mempunyai 3 pedoman yaitu Al-Quran, Hadis, dan perkataan dari pada sahabat Nabi. Karena menurut sejarah ketika sahabat melakukan sesuatu tapi nabi tidak melarang hanya diam saja, berarti itu bisa dilakukan.
  2. Jikalau Muhammadiyah menggunakan hadis sahih, namun NU berbeda walaupun hadis itu dhoif akan tetap menjadi bahan pertimbangan, dengan catatan tidak tergolong hadis maudhu.
  3. NU menafsirkan ayat Al-Quran surat Al isra ayat 15 yang menjadi alasan kuat bahwa bacaan yang dilantunkan untuk orang yang meninggal itu akan sampai padanya, terlebih yang melantunkan doa itu adalah anaknya yang sholeh yang mana dijelaskan dari hadis riwayat muslim bahwa aada 3 amalan yang akan terus mengalir salah satunya doa anak sholeh. Lalu pasti terbesit pertanyaan, lalu kenapa harus ada kerabat dan tetangga yang datang untuk mengaji di rumah yang meninggal? Narasumber berkata tamu yang datang mendoakan itu adalah perantara meng aamiin kan doa yang diucapkan oleh anak sholeh itu. Karena NU percaya dari banyaknya tamu undangan yang datang ikut mendoakan, pasti ada yang doanya dikabulkan oleh Allah.
  4. Tahlilan menurut NU merupakan Muamalah, namun tidak hanya Muamalah saja ada ibadah yang dilakukan seperti membaca Al-Quran, bersholawat untuk nabi, dan lain sebagainya.

Itulah pendapat yang disampaikan oleh para narasumber.

Kesimpulan

Mendengar dari para narasumber hebat tadi, penulis bisa menarik kesimpulan bahwa , Muhammadiyah tidak melarang dilakukannya Tahlilan, dan NU juga tidak mewajibkan adanya tahlilan hanya saja Muhammadiyah dan NU memperbolehkan kita sebagai umat Muslim untuk mendoakan saudara kita yang sudah meninggal. Tidak perlu merasa mana yang paling benar, dan mana yang salah yang jelas saling menghargai dan tinggi akan toleransi adalah kuncinya.

Pesan dari penulis, Semoga ilmu yang disampaikan bermanfaat dan tidak menjadikan pedebatan panjang. Kurang lebihnya mohon maaf, sesungguhnya kebenaran hanya milik Allah, dan kesalahan hanya milik Setan, penulis (manusia) hanya korban.

Penyunting : Mustofa Dahlan

One Reply to “Tahlilan : Presfektif NU & Muhammadiyah”

Comments are closed.