Oleh : IMMawan Muhammad Fakhri ilham (Kader IMM FAI 2020)
Pada dasarnya setiap manusia pasti ingin dikenal, apalagi di kenal sebagai orang yang mempunyai impian yang besar dan itu adalah sifat yang manusiawi, jangan sampai kita menyia-nyiakan sifat yang telah diberikan oleh Allah SWT. Kita bisa melihat atau belajar dari Allah SWT tentang wahyunya yang bercerita, disana Allah SWT Tidak pernah menghadirkan atau mengenalkan kepada hambanya bicaranya itu rendah, kita bisa melihat dari kisah Nabi Adam Ketika Nabi Adam AS diciptakan Allah SWT ingin Adam menjadi Khalifah, lalu bagaimana mungkin kita cita2nya dalam dunia pendidikan ingin S2, bagaimana mungkin kita cita-citanya ingin nilai bagus, kalo kita semua cita2nya adalah ingin ambil S2 maka itulah yang akan terjadi dengan kita, maka berarti kita tidak di kenal dengan Orang yang mempunyai mimpi besar,karna perkataan nya, ucapan nya tidak seperti orang yang mempunyai impian.
Semisalnya di dalam sebuah percakapan kita di tanya “abis lulus mau kemana??” saya mau bikin kampus, minimal setara, seluas, sebesar Universitas Ahmad Dahlan seperti itu misalnya. Tidak boleh berkata “saya ingin S2 di ugm, ui” jangan ngomong seperti itu, minimalnya adalah “ besok,,, saya yang jadi rektor UAD, UGM”. Biarlah Step 1 nya biarlah setinggi itu, supaya pas step 2 dan 3 nya kita tidak perlu berdoa lagi, berdoa lagi, jenjang doanya adalah jenjang doa yang paling tinggi.
Mari kita mengimajinasikan dalam step by step. Bagaimana doa pertama kita adalah jadi rektor lalu doa ke 2 kita jadi mentri, maka doa yang ke 3 adalah presiden dan doa yang ke 4 udh urusin bangsa2.
Dari awal Allah sudah menyampaikan kepada sama Nabi Adam, bahwa fungsinya bukan jadi kepala suku,
“hai adam… nanti kamu akan di tempatkan di Jeddah di mekkah/Madinah lalu nanti kamu jadi kepala suku”. Allah tidak mengatakan seperti itu. Tetapi Adam AS sudah di nasihati oleh Allah SWT “inni jaailun fil ardhi khalifah fil ardhi” di Muka Bumi (Baqarah:30)
Lihatlah bagaimana Allah SWT berkeinginan untuk menjadikan seorang Manusia bukan menjadi pemimpin di sebuah daerah tapi di Muka Bumi .
Kosa kata pertama adalah al-alamin, kosa kata ke 2 adalah an-nas, kosa kata ke 3 al-ardh, alhamdulillahirobbil alamin, itu kosa kata pertama yang di perkenalkan oleh Allah tentang zaman tentang makaan (المكان) tentang waktu,
Aku kenalkan kau bukan gang, bukan desa bukan kampung, bukan kota, bukan negara tapi al-alamin (universe). Istilahnya kalo kita sama adek kita, jangan ngenalin 1 pasar, kita bilang sama ade kita “dek kamu harus menguasai pasar ini dan seluruh pasar yang di dunia” kira2 begitu. Itu Namanya alamin, step 1 nya udah al-alamin kemudian Allah turunin lagi secara tafsili (detail) memang, yang global harus kita perkenalkan tapi Allah memperkenalkan kepada Nabinya hal yang tafsili, misalnya kita ketemu ayat 26 al BA U’DOH.
اِنَّ اللّٰهَ لَا يَسْتَحْيٖٓ اَنْ يَّضْرِبَ مَثَلًا مَّا بَعُوْضَةً فَمَا فَوْقَهَا ۗ ……….
Sesungguhnya Allah tidak segan membuat perumpamaan seekor nyamuk atau yang lebih kecil dari itu………(Baqarah : 30)
Seakan-akan apa, kita bisa berpikir secara global dan bisa bertindak secara local. Kita bisa lihat dalam lingkungan kehidupan sosial yang ada di sekitar kita, Seorang notaris udah di posisi paling tinggi lalu mundur karna apa? mengingninkan anaknnya jadi notaris, ini adalah sebuah Langkah yang mundur, “saya ingin anak saya jadi notaris” loh berarti ngga ada kemajuan dong, ayah nya notaris ibu nya notaris masa anak nya notaris. ayah nya polisi dan ibunya polisi lalu pengen anak nya jadi polisi, harusnya ngomong “ nak nanti kamu jadi kapolri” gitu kira-kira.
Kita lihat dari kisah Nabi yusuf, dari awal udh di liatin apa Nabi Yusuf sama Allah SWT, anak kecilnya nabi Yakub AS, dari kecil horizonnya, visioner nya, spectrumnya, mimpinya apa coba
اِذْ قَالَ يُوْسُفُ لِاَبِيْهِ يٰٓاَبَتِ اِنِّيْ رَاَيْتُ اَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَّالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ رَاَيْتُهُمْ لِيْ سٰجِدِيْنَ
(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, “Wahai ayahku! Sungguh, aku (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku.” (Yusuf :4)
Yusuf kecil di liatin oleh Allah bukan gunung di padang pasir, bukan sumur di padang pasir, bukan lautan tapi 11 bintang, bulan dan matahari (subahanallah)hebat ngga tuh. Lalu bagaimana Allah mencoaching hambanya. Kita lihat di sekitar kita, Ketika kita di kasih tugas sama dosen udh ngeluh-ngeluh, di kasih tugas yang sulit kita minta nya yang gampang “pak, tugas kita segini doang??? Iyaa kamu ini aja tugas nya…. Engga pak kasih saya 2/3 tugas” begitu kira-kira. Liat cara Allah mencoaching Yusuf, ngga ada tega-teganya tuh Allah sama Yusuf, udah di taro di sumur, ngga mau tau tuh Allah tapi Allah hanya kasih isyarat doang ke yakub “ tenang wahai yakub… aku urus anakmu. Aku taro dia di hutan, di gunung, aku taro dia di sumur, aku taro dia dimana pun… ada aku yang menemani yang penting kamu percaya, jangan cari dia tapi cari aku” Subhanallah.
Baik yusuf ataupun yakub di bekali dengan ayat ini, apa kata Allah swt
وَلِلّٰهِ غَيْبُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاِلَيْهِ يُرْجَعُ الْاَمْرُ كُلُّهٗ فَاعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِۗ وَمَا رَبُّكَ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُوْنَ ࣖ
Dan milik Allah meliputi rahasia langit dan bumi dan kepada-Nya segala urusan dikembalikan. Maka sembahlah Dia dan bertawakallah kepada-Nya. Dan Tuhanmu tidak akan lengah terhadap apa yang kamu kerjakan. (Hud : 123)
Daud kecil kayak kita sama temen kita berantem itu sepantar kalo mau lawan yang semester 7 kira2 begitu. Maka Daud kecil di pasangkan oleh Allah lawan siapa, lawan jaluut loh!, anak kecil lawan raksasa, raksasa yang di lawan bukan anak buah, raksasa yang di lawan raksasanya para jendral. Tapi kita milihnya yang ringan2. “kita nanti KKN nya dimana, di tempat kampung A aja soalnnya tempatnya enak”, jangan gitu dong kalo bisa kita KKN di tempat-tempat konflik, yang notabene nya susah untuk di urusi.
Makanya kita lagi enak-enak tidur di suruh sholat malem, enak-enak tidur di suruh sholat Zuhur, tapi kita malah minggir ke rumah, nanti kalo di tanya “ kenapa ngga ke masjid?? Panas stad” jangan gitu dong, liat nabi Ibrahim di taro kedalam api. Ada memang cara Allah mencoaching gini “sudah dia bukan lawannya, kasih lawan yang sepantar atau di bawahnya” ngga ada bos. Allah kalo udah nglelatih hambanya di kasih nya itu yang jauh lebih di atasnya, contohnya nabi musa lawanya siapa, fir’aun Ini cara coacing dari mana coba.
Wallahu A’lam Bishawab
Penyunting : Mustofa Dahlan